SuaraSurakarta.id - Kyai Modjo adalah seorang ulama sekaligus panglima perang yang dipercaya oleh Pangeran Diponegoro dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Memiliki garis keturunan bangsawan dari Keraton Yogyakarta, ia juga merupakan saudara sepupu Pangeran Diponegoro.
Dalam Perang Jawa (1825-1830), Kyai Modjo berperan sebagai ahli strategi militer serta pembimbing spiritual bagi Pangeran Diponegoro. Namun, pada 1828, keduanya berpisah karena perbedaan pandangan dalam ajaran Islam.
Asal-Usul dan Latar Belakang
Lahir di Surakarta pada 1792, Kyai Modjo berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Iman Abdul Ngarip, lebih dikenal sebagai Kiai Baderan, seorang ulama besar, sementara ibunya, R.A. Mursilah, merupakan keturunan bangsawan.
Meski memiliki darah biru, Kyai Modjo tidak tumbuh di lingkungan keraton. Sebagai keponakan Sultan Hamengkubuwana III, ia memiliki hubungan keluarga dengan Pangeran Diponegoro, yang tetap menghormatinya dengan panggilan "paman."
Pendidikan dan Perjalanan Religius
Dibesarkan dalam keluarga religius, Kyai Modjo mendapatkan pendidikan Islam sejak kecil.
Setelah menguasai ilmu agama, ia menunaikan ibadah haji dan menetap sementara di Mekkah untuk memperdalam pemahaman Islam.
Baca Juga:Dulu Nyaris Roboh, Kini Ndalem Sasana Mulyo Keraton Solo Bak 'Lahir Kembali' dan Berdiri Tegak
Sepulangnya ke tanah air, ia meneruskan jejak ayahnya dalam berdakwah dan mengelola pesantren.