SuaraSurakarta.id - Pencemaran Sungai Bengawan Solo oleh limbah ciu mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengakui industri tekstil di Kampung Batik Laweyan Solo juga ikut mempengaruhi pencemaran Sungai Bengawan Solo.
Gibran mengatakan masih banyak perajin tekstil dalam hal ini batik yang membuang limbahnya langsung ke Sungai Premulung dan Sungai Jenes yang mengalir ke Sungai Bengawan Solo.
Harusnya diolah terlebih dahulu, sehingga saat masuk sungai sudah tidak mencemari.
Baca Juga:Soal Limbah Ciu Cemari Bengawan Solo, Ganjar: Mereka Menantang Pemerintah
"Memang sudah ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), tapi tidak berfungsi optimal. Solo industri besar nggak ada, industri kecil saja, batik." ungkap dia.
Gibran tidak mengetahui secara pasti kenapa penggunaan IPAL komunal tidak optimal, padahal itu sangat penting.IPAL komunal di Kampung Batik Laweyan sudah ada sejak tahun 2009 lalu.
"Kurang tahu penyebabnya kenapa. Nanti kita cek," katanya.
Putra sulung Presiden Jokowi ini belum ada rencana untuk mengumpulkan mereka, akan dicoba nanti.
Karena yang namanya terjadi sekarang di Sungai Bengawan Solo akibat dari industri ciu yang ada di wilayah Sukoharjo.
Baca Juga:Gubernur Ganjar Geram dengan Pencemaran Limbah Pengolahan Ciu di Sungai Bengawan Solo
"Nanti saya koordinasikan dengan bupati setempat. Secepatnya akan kita lakukan," tandas dia.
Gibran menegaskan, yang namanya kebersihan sungai Bengawan Solo, Solo tidak bisa sendiri. Tapi daerah Soloraya dan Blora, jadi tidak hanya Solo saja.
"Masalah ini akan saya laporkan ke provinsi," terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Gatot Sutanto, mengatakan sedang menyiapkan pengelolaan limbah bagi industri kecil. Untuk pengelolaannya itu akan mengadopsi sistem sedot tinja.
"Kita sudah ada IPAL di Sondakan, Kampung Batik Laweyan, lalu di Mojosongo dengan sentra tahu tempe," ucapnya.
Gatot menambahkan, nanti akan mendatangi industri kecil untuk menyedot limbah produksinya. Adanya ini untuk mengatasi keterbatasan lahan pembuatan IPAL.