KPAI Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Tewasnya Santri Akibat Tindak Kekerasan

KPAI menyesalkan berulangnya tindak kekerasan terhadap anak di lingkungan pondok pesantren yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 19 September 2024 | 16:43 WIB
KPAI Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Tewasnya Santri Akibat Tindak Kekerasan
Suasana rumah korban yang merupakan santri SMP PT Az Zayadiyy, Grogol, Sukoharjo, di RT 01 RW 14 Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres. (Suara.com/Ari Welianto)

Menurutnya Kementerian Agama bersama dinas terkait harus memberikan pendampingan dan pemulihan dalam bentuk trauma healing pada santri pesantren, terutama pada anak yang melihat, menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan korban.

Tidak hanya itu pendampingan secara intensif dan konsisten juga harus dilakukan. Ini dilakukan untuk mencapai 
standard pesantren ramah anak, mereka juga harus memastikan terpenuhinya hak keluarga korban seperti, pendampingan psikologi, pendampingan hukum, hingga pemulihan.

"Harus ada langkah akselerasi dan inovatif untuk mencegah kekerasan pada lembaga pendidikan pesantren. Salah satunya dengan membetuk Satgas/Tim Khusus yang memiliki keterampilan dalam perlindungan anak," ungkapnya.

Lanjut dia, KPAI sudah menerima laporan kasus tersebut dan melakukan koordinasi dengan pihak keluarga korban, dan kementrian agama. Ini untuk mendapatkan informasi kronologis kejadian, upaya penanganan, dan langkah lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan keadilan bagi korban, dan pertanggung jawaban terduga pelaku, serta kemungkinan pihak lain yang terlibat.

Baca Juga:Polisi Periksa 12 Saksi Kasus Tewasnya Santri di Sukoharjo

"Hasil koordinasi didapati data dan informasi terkait kronologis, kejadian terjadi pada 16 September 2024, kurang lebih pukul 11.00 WIB, di kamar 23 gedung asrama putra. Kejadian bermula terduga pelaku meminta uang dengan paksa kepada korban, tapi karena korban tidak memberi dan menyampaikan tidak punya uang, hingga akhirnya terjadi pukulan kepada bagian perut, dada, dan ulu hati korban. Lalu korban tidak sadarkan diri, karena tidak tertangani dengan cepat akhirnya koban meninggal dunia," papar dia.

Aris menambahkan mendorong semua pihak terkait di Kabupaten Sukoharjo untuk menjadikan kasus ini sebagai pelajaran serius. 

Tidak mentolerir sedikitpun budaya kekerasan di kalangan anak, termasuk di lingkungan pondok pesantren dan lembaga pendidikan lainnya, baik yang formal, informal maupun non-formal.

"Kasus ini harus menjadi pelajaran serius. Jangan sampai kasus seperti ini terulang lagi," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Baca Juga:Kasus Tewasnya Santri, Kapolres Sukoharjo Sebut Pelaku Lakukan Tindakan Keji Ini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini