Diawali Konflik, Ini Perbedaan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang Masih Eksis di Solo

Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran sebenarnya sama-sama merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 25 November 2023 | 17:44 WIB
Diawali Konflik, Ini Perbedaan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang Masih Eksis di Solo
Prajurit Keraton Kasunanan Surakarta. [Twitter/@gibran_tweet]

Perlawanan kedua tokoh tersebut membuat kerugian besar dan mengancam Kasunanan Surakarta maupun VOC. Pemimpin VOC pada waktu itu, yakni Nicholas Harting menghendaki konflik tersebut berakhir dan membuat Perjanjian Giyanti.

Isi perjanjian tersebut adalah pemecahan Mataram menjadi dua. Mangkubumi mendapat wilayah Mataram Barat, yang kemudian menjadi raja dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I dan mendirikan Kesultanan Yogyakarta yang masih eksis sampai saat ini.

Lantas, Bagaimana Kisah Berdirinya Pura Mangkunegaran?

Gusti Pangeran Haryo (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X melalui acara pengukuhan di Pura Mangkunegaran Surakarta, Sabtu (12/3/2022). [ANTARA/Aris Wasita]
Gusti Pangeran Haryo (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo resmi menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X melalui acara pengukuhan di Pura Mangkunegaran Surakarta, Sabtu (12/3/2022). [ANTARA/Aris Wasita]

Sementara itu, Raden Mas Suryadi tetap memimpin Kasunanan Surakarta. Di samping itu, Raden Mas Said yang sudah pecah kongsi dengan Mangkubumi terus melakukan perlawanan dengan bergerilya. Bahkan, Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pernah bergabung untuk membasmi Raden Mas Said.

Baca Juga:Cerita Geger Pecinan, Peristiwa Sejarah yang Membentuk Kota Solo

Namun, usaha tersebut tak pernah berhasil. Raden Mas Said justru semakin sengit melakukan perlawanan. Karena banyak korban dalam setiap perlawanan, Nicholas Harting pun menjuluki Raden Mas Said Pangeran Sambernyawa.

Karena itu, VOC mengajak Raden Mas Said untuk berunding. Pada 17 Maret 1757 dilakukan Perjanjian Salatiga. Hasil perjanjian itu, Raden Mas Said diberi kekuasaan di wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan,  Sembuyan, Gunungkidul, Pajang Utara, dan Kedu.

Raden Mas Said diperkenankan mendirikan kerajaan, akan tetapi tidak boleh sama dengan Kesultanan maupun Kasunanan. Ia kemudian bergelar Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkunegara I. Posisinya setingkat dengan adipati dan mendirikan istananya di Banjarsari berupa Pura Mangkunegaran.

Meski setingkat adipati, akan tetapi Pura Mangkunegaran dan wilayah kekuasaannya adalah otonom. Mereka memiliki pasukan tersendiri, bahkan memiliki legiun Mangkunegaran, yang merupakan tentara yang paling profesional di Asia Tenggara pada masanya.

Mangkunegara memang setingkat adipati, akan tetapi rakyatnya memperlakukannya bak raja. Mangkunegara mampu menggerakkan kebudayaan, ekonomi, militer, dan politiknya sendiri. Pada masa Mangkunegara IV, Pura Mangkunegaran mencapai masa keemasannya.

Baca Juga:Mengintip Pura Mangkunegaran, hingga Tempat Terlarang yang Hanya Boleh Dikunjungi Keluarga Keraton

Tidak hanya memperbaiki bangunan Pura Mangkunegaran, akan tetapi juga membangun pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Gebrakan tersebut yang membuat ekonomi Pura Mangkunegaran sangat maju. Itulah sejarah Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran yang ada Solo.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini