SuaraSurakarta.id - Beragam cerita menarik muncul setelah pengukuhan GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara X, Sabtu (12/3/2022).
Seperti diketahui, sosok berusia 24 tahun itu resmi dinobatkan sebagai Mangkunegara X menggantikan Mangkunegara IX yang wafat tahun lalu.
Selain Bhre Cakrahutomo, ada dua calon lain yang sempat muncul dan punya peluang yang sama untuk jadi penerus tahta.
Mereka GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro yan juga cucu presiden pertama Indonesia, Soekarno sekaligus putra Mangkunegara IX dari istri sebelumnya yakni Sukmawati Soekarnoputri.
Serta sosok KRMH Roy Rajasa Yamin cucu Mangkunegara VIII sekaligus cucu pahlawan nasional, Mochammad Yamin.
![Potret Kedekatan Paundrakarna dan Sukmawati Sukarnoputri. [Instagram/@gphpaundrakarna1]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/27/72225-potret-kedekatan-paundrakarna-dan-sukmawati-sukarnoputri.jpg)
Khusus 'gagalnya' Paundrakarna sebagai pemimpin baru Mangkunegaran, masyarakat juga mengaitkan dengan rangkaian 'tiga kekalahan' trah Bung Karno atau presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Pertama adalah cinta dari Presiden Soekarno yang ditolak putri dari KGPAA Mangkunegara VII dan GKR Timur yaitu Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani atau yang akrab disapa Gusti Nurul.
Lalu, kandasnya pernikahan antara Gusti Sudjiwo Kusumo atau Gusti Jiwo dengan Sukmawati Soekarnoputri. Pernihakan itu melahirkan dua anak yakni GPH Paundrakarna dan GRA Putri Agung Suniwati atau Gusti Menur.
Setelah bercerai, Gusti Jiwo kemudian menikah dengan putri mantan Dubes RI di Jepang, Jenderal Yogi Supardi, Prisca Marina.
Baca Juga:Hadir Dalam Jumenengan KGPAA Mangkunegara X, Ini Harapan dari Trah Kerajaan Mataram Islam
Gusti Jiwo kemudian meneruskan tahta pemimpin Mangkunegaran menjadi KGPAA Mangkunegara IX. Dari pernikahan Gusti Jiwo dan Prisca Marina, melahirkan dua anak yakni GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dan GRA Ancilla Sura Sudjiwo.

Sementara 'kekalahan ketiga' adalah gagalnya Paundrakarna menjadi Mangkunegara X dan harus merelakan posisi itu diduduki GPH Bhre Cakrahutomo.
Menanggapi hal itu, pemerhati budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tunjung W Sutirta menilai persepsi publik dalam menginterpretasikan sebuah fakta cukup bebas. Menurutnya dilihat dari dimensi terlebih dahulu, fakta di atas merupakan sejarah yang sudah terjadi.
"Kalau ada masyarakat yang menilai itu adalah semacam 'kekalahan' Trah Bung Karno dari Mangkunegaran, saya rasa itu interpretasi terebut karena melihat faktanya berulang. Mungkin bisa saja masyarakat mempersepsikan semcam itu karena faktanya berulang dan dengan momen itu tadi," ungkap Tunjung saat berbincang dengan Suarasurakarta.id, Minggu (13/3/2022).
Tradisi Mangkunegaran
Meski demikian, Tunjung menegaskan tiga hal tersebut tidak menjadi perhitungan dalam mengeluarkan keputusan siapa yang menjadi Mangkunegara X.
- 1
- 2