SuaraSurakarta.id - Ketapel biasanya dipakai untuk kegiatan-kegiatan negatif, seperti buat tawuran atau disalahgunakan yang bisa merugikan masyarakat.
Ketapel sendiri merupakan senjata atau mainan tradisional berbahan kayu yang dibentuk huruf Y.
Tapi ditangan komunitas Puma Solo Slingshot Club (PSSC), ketapel dijadikan sebagai permainan yang menghibur. Bahkan akan dijadikan olahraga prestasi, karena berbagai turnamen sudah digelar.
PSSC merupakan salah satu komunitas pecinta ketapel di Solo. Mereka akan mempopulerkan permainan ketapel ke masyarakat luas, dan akan diupayakan sebagai olahraga.
Baca Juga:Ikan Belida Jadi Maskot Festival Olahraga Rekreasi, Pesan Melestarikan Satwa
"Kita masih kesulitan untuk mengenalkan permainan ketapel. Karena mindset masyarakat soal ketapel masih hal-hal negatif," ujar salah satu pendiri PSSC, Arfani Nugroho saat ditemui di kawasan Stadion Manahan Solo, Sabtu (11/9/2021).
Untuk permainan ketapel yang diperkenalkan PSSC seperti olahraga memanah dengan membidik sebuah sasaran. Tapi sasarannya berbeda, sasaran permainan ketapel itu multi target lima buah yang berbentuk bulat dengan masing-masing ukuran 8, 7, 6, 5, 4 centimeter (cm).
Tiap sasaran itu memiliki poin yang berbeda-beda. Poin untuk sasaran yang ukurannya besar kalau kena nilainya satu dan seterusnya hingga yang terbesar nilainya lima.
Jarak untuk menembak itu 10 meter. Untuk peluru yang digunakan memakai gotri dengan ukuran 8 milimeter (mm).
"Ini kalau di luar negeri sebagai olahraga. Sudah ada asosiasinya bernama World Slingshot Association (WSA) yang pusatnya di Italia, kalau asosiasi di Asia ada di China," kata dia.
Jika di Indonesia khususnya Kota Solo, permainan ketapel cenderungnya masuk olahraga tradisi. Karena aturan dan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan standar di dunia.
Baca Juga:Satu dari Dua Terduga Teroris di Bekasi Jabat Pengurus RT Bidang Olahraga
Untuk itu, saat ini tengah diperjuangkan masuk di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Mengenalkan atau mempopulerkan ke masyarakat terus dilakukan dan menjadi fokus saat ini, bahkan di Solo sudah rutin digelar kompetisi.
"Kalau di Solo kita adopsi sesuai yang ada di asosiasi dunia. Ini olahraga target, ini bukan ajang untuk berburu atau disalahkan gunakan buat kegiatan-kegiatan negatif," terang dia.
Menurutnya, komunitas ketapel ini dibentuk karena nostalgia ke jaman dulu.Ternyata banyak yang suka, ada yang benar-benar sedang nostalgia karena dulu suka main ketapel.
"Yang gabung komunitas ini hobinya macam-macam. Kebanyakan itu pada nostalgia dan terus berlatih. Komunitas ini dibentuk tahun 2019 lalu," sambungnya.
Sementara itu Humas PSSC, Anto mengatakan untuk latihan rutin dilakukan di SDN 2 Mangkuyudan atau dekat Pondok Pesantren Ta'mirul Islam.
Di Solo ada dua klub ketapel. Selain PSSC, ada di daerah Jajar, Laweyan yang namanya Jajar Slingshot Club (JSC).
"Memang belum eksis di masyarakat. Tapi di media sosial sudah banyak klub-klub ketapel baik di Indonesia maupun Luar Negeri. Karena kebanyakan masyarakat awam tahunya ketapel itu cuma cawang ranting, padahal sekarang sudah modern," papar dia.
Anton menambahkan, ini sudah ada kompetisinya di tingkat dunia satu tahun sekali digelar. Kalau di Indonesia masing-masing klub mengadakan kompetisi, di Solo di sudah kali digelar kompetisi dengan peserta dari luar daerah.
"Kompetisinya biasanya memakai sistem gugur, nanti poin terbanyak maju ke babak selanjutnya. Poin maksimal itu 15," tandasnya.
Untuk mengenalkan permainan ketapel agar lebih populer, semua anggota aktif ikut mengenalkan. Aktif di media sosial dan kegiatan-kegiatan outdoor yang sifatnya sosialisasi.
"Kebetulan tahun ini kita digandeng Dispora untuk ajang Pekan Olahraga Warga Solo (Porwaso)," tutur dia.
Selain mengolahragakan ketapel juga ada industrinya. Dimana ketapel yang dipakai buatan sendiri dengan model-model yang berbeda.
"Ketapel yang dipakai ini buatan teman-teman semua. Banyak juga pecinta ketapel diberbagai daerah yang pesan ketapel disini," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto