Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 31 Oktober 2024 | 08:20 WIB
Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Desa Wironanggan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini merupakan salah satu yang masuk dalam program pengembangan Kampung Berseri Astra (KBA).

Sendang Tirto Wiguno, yang menjadi andalan dari Kampung Karanglo RT 03 RW 02, Desa Wironanggan. Sendang yang merupakan peninggalan Kerajaan Pajang ini rencana akan disulap tidak hanya untuk objek wisata, tapi juga airnya akan diolah dan diproduksi untuk air minum yang berguna bagi warga.

Untuk masuk ke Sendang Tirto Wiguno harus melewati perkampungan warga. Ada petunjuk arah dan papan bertuliskan 'Sendang Tirto Wiguno', sehingga warga tidak perlu bingung.

Sendang tersebut berada di antara pohon-pohon besar, yang membuat kesejukan dan keindahan. Sendang tersebut sering dipakai warga untuk sekedar berkumpul, ngobrol dan bersantai.

Baca Juga: Kampung Blangkon Potrojayan Punya Potensi Wisata, Respati Ardi: Harus Lebih Banyak Dikenal Orang

KBA sendiri merupakan program dari PT Astra Internasional Tbk. Di mana yang partisipannya itu desa-desa yang berpotensi bukan desa yang sudah jadi.

Desa Wironanggan masuk sebagai Kampung Berseri Astra berawal setelah juara 3 Program Kampung Iklim (Pro Klim) tingkat Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya masuk seleksi Gen KBA, dengan peserta delapan desa se-Kabupaten Sukoharjo.

Dari seleksi itu masuk tunas KBA dan delapan desa masih masuk. Tapi dari delapan desa yang masuk tunas KBA itu, hanya dua desa yang lolos KBA, yakni Desa Wironanggan Kecamatan Gatak dan Desa Pondok, Kecamatan Nguter.

Dari KBA itu yang menjadi poin itu empat pilar, yakni kesehatan, lingkungan, kewirausahaan, dan pendidikan.

"Karena kita berangkat dari Pro Klim, yang menjadi unggulan adalah program lingkungan. Makanya kita mendorong Sendang Tirto Wiguno ini untuk pelestarian mata air, apalagi tidak semua desa punya," terang Lokal Champion KBA Wironanggan, Siti Munawaroh saat ditemui belum lama ini.

Baca Juga: Inspiratif! Cerita Warga Satu Kampung di Desa Gumpang Sukoharjo Berangkat Umrah Bareng

Nantinya Sendang Tirto Wiguno ini akan dijadikan sebagai wisata edukasi. Bahkan ada rencana akan diolah untuk produksi air minum buat kebutuhan warga sekitar.

"PDAM dan bupati sudah ke sini untuk mengecek. Bahkan sampel airnya sudah dicek laboratorium di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kondisi airnya itu lebih bagus dari air mineral yang ada di masyarakat. Bupati sudah memberikan lampu hijau, nanti CSR dari PDAM untuk mengolah air," katanya.

Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. [Suara.com/Ari Welianto]

Airnya itu hingga saat ini masih alami keluar dari sumber mata air di sendang tersebut. Padahal usianya itu sudah ratusan tahun mengingat merupakan peninggalan masa Kerajaan Pajang.

"Airnya masih alami dan terus mengalir tidak pernah habis. Cukup jernih dan sering dimanfaatkan warga," ungkap dia.

Sebelum seperti saat ini, kondisi sendang tidak terawat, kusam dan di sekitarnya banyak tumbuh ilalang belum ada penutupnya. Bahkan kurang mendapat perhatian, baik dari pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten, yang tahu pun hanya orang sekitar di sini dan tertentu saja.

Memang ada yang merawat, cuma membersihkan di bagian sendang saja. Lalu setelah masuk Pro Klim ada relawan yang membersihkan dan menata sendang serta kawasannya.

"Awalnya itu kurang terawat dan belum terpublik, yang tahu hanya orang-orang sini serta pemanfaatannya masih kurang. Memang ada yang merawat tapi belum maksimal, terus ada swadaya dari warga dan relawan untuk mempercantik sendang ini terutama saat masuk Pro Klim," sambungnya.

Menurut warga sekitar, air di Sendang Tirto Wiguno ini dipercaya bisa untuk pengobatan karena mineralnya tinggi.

Dulu sekitar tahun 1980-1990 sendang ini ramai dikunjungi, biasanya warga berendam dan berenang karena dianggap bisa untuk penyembuhan.

"Kalau ada yang stroke berenang di sini atau sekedar membasuh muka, katanya lebih baik jadi buat terapi. Dulu meski tempatnya tidak seperti sekarang ini ramai, tapi warga sekitar sendang saja yang datang, kalaupun ada warga dari luar tidak banyak," ujar dia.

Untuk mengarah ke sana, lanjut dia, akan membuat kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dari warga sekitar di sini. Nantinya pokdarwis ini akan mengelola hingga menata sendang tersebut agar bisa dimanfaatkan secara luas lagi.

"Kita akan buat pokdarwis dan ini sudah disiapkan, kalau sebelumnya sudah ada relawan. Jadi lebih tertata dan terawat lagi, pengembangan ke depan juga akan mudah," imbuhnya.

Untuk gambaran ke depan sendang seperti apa sudah ada tinggal pelaksanaan. Sudah ada taman, gazebo hingga mushola, nanti di sekitar ditanami berbagai tanaman seperti tomat, cabai, terong serta sayuran.

Kegiatan-kegiatan warga maupun dari desa akan dimasifkan lagi digelar di sini, memang sebelumnya sudah pernah dipakai kegiatan tapi ke depan akan lebih sering lagi. Sudah dimasukan juga di google map, sehingga mempermudah untuk pencarian.

"Itu semua sudah kita siapkan, jadi sudah ada perencanaan. Rencana juga akan dibuat pasar kuliner tempo dulu tiap satu bulan sekali, jadi pengunjung bisa menikmati kuliner tempo dulu, juga menikmati sendang yang airnya segar dan jernih," papar dia.

Sendang Tirto Wiguno ini masuk KBA awal tahun 2023, kalau prosesnya mulai 2021 sejak fokus di Pro Klim. Awalnya itu memang masuk di Pro Klim yang fokusnya pelestarian lingkungan, seperti penanganan sampah hingga penghijauan.

"Pertama yang kita jual itu soal penanganan sampah dan kelompok wanita tani (KWT) sebelum masuk ke sendang. Dulu kita masuk ke sini (sendang) itu tidak mudah, ada beberapa kepentingan yang membuat sendang ini mandeg, sempat ada progres dan dapat dana untuk perawatan tapi mandeg lalu 2023 akhir, kita coba akses ke sini dan langsung tak masukan ke pelaporan Pro Klim baru kita bisa merawat dan menata hingga masuk KBA seperti saat ini," ceritanya.

Bukan tanpa alasan memasukan Sendang Tirto Wiguno ini, karena di Astra itu didorong untuk desa pariwisata. Jadi Desa Wironanggan punya potensi wisatanya di mana yang bisa dikelola dan dijual mendatangkan orang.

"Terus kita cari mana yang punya potensi untuk jadi wisata, lalu menemukan sendang ini dan kita garap," sambung dia.

Setelah Sendang Tirto Wiguno selesai tergarap, nanti bisa diintegrasikan ke tempat lain yang ada di Desa Wironanggan ini. Seperti di bank sampah ada kreasi bank sampah atau yang lain, jadi semacam ada tour wisata.

"Jadi wisata edukasi dan sejarah, dari bank sampah, KWT, terus sampai ke sendang. Jadi orang ke sini tidak hanya lihat sendang saja tapi juga juga potensi lain yang ada di desa. Ini pastinya akan menarik, makanya kita secara bertahap menggarap itu," ucapnya.

Siti mengatakan untuk mengarah ke sana atau setelah masuk KBA, ada pendampingan dari PT Astra. Ada bintek atau pelatihan bagi warga yang nantinya itu bisa diterapkan, ada pengawasan dari Astra Korwil Solo dan regional tiga yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

"Di KBA itu desa yang belum Pro Klim, itu di dorong supaya jadi Pro Klim. Kalau dulu Desa Wironanggan sudah Pro Klim madya terus ditawari program akselerasi KBA Pro Klim," tutur dia.

Kondisi dan suasana KBA Wironanggan Sendang Tirto Wiguno. [Suara.com/Ari Welianto]

Cerita Sendang Tirto Wiguno

Sendang Tirto Wiguno merupakan peninggalan masa Kerajaan Pajang dengan Raja Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir.

Sesepuh Dukuh Karanglo, Desa Wironanggan, Mbah Saji (74) mengatakan bahwa keberadaan sendang ini sudah ada cukup lama. Ini peninggalan Sultan Hadiwijaya yang merupakan Raja Kerajaan Pajang waktu itu.

"Ditemukan kapan, saya kurang tahu. Saat saya masih kecil, sendang ini sudah ada. Zaman simbah saya sudah ada," ujarnya.

Dulu kondisinya tidak seperti ini masih dikeliling rumput dan ilalang yang tinggi. Belum ada rumah di sekitar sendang seperti saat ini.

"Dulu hanya sumber mata air belum ada bentuknya. Baru dibangun sekitar tahun 1980-an. Dulu di sekitarnya itu masih sepi, banyak pepohonan dan dipenuhi rumput serta ilalang," tutur dia.

Mbah Saji mengaku dulu kalau malam pasti ramai, banyak yang berendam. Karena dari cerita yang beredar airnya itu bisa untuk pengobatan.

"Dulu kalau malam jam 12 itu pasti ramai, banyak yang datang dan berendam serta bawa sajen. Konon, airnya bisa buat buat pengobatan," katanya.

Diceritakan, sendang ini ditemukan oleh anak buah Sultan Hadiwijaya bernama Mbah Suro. Saat berjalan dengan empat temannya melihat ada sumber mata air lalu beristirahat.

Saat Sulta Hadiwijaya mengajak temannya ke Yogyakarta tapi di daerah Prambanan dicegat. Lalu terjadilah perang, kemudian ada prajurit yang perutnya sakit, kemudian diambilkan air di sendang ini dan sembuh.

"Airnya itu bening banget dan terus mengalir. Saya dapat cerita itu juga dari turun temurun," tandas dia.

Mbah Saji menambahkan dulu sendang ini sempat dibangun dengan ditata sehingga terlihat bagus. Tapi setelah dibangun itu tidak dirawat sehingga mangkrak cuma lama.

"Lalu ada warga yang datang untuk resik-resik dan merawat, itu dituntut oleh Mbah Suro untuk merawat. Sekarang tambah bagus dan mau akan dijadikan sebagai wisata," tuturnya.

"Aliran air sendang ini mengalirnya ke arah barat dan timur. Di timur itu ke daerah Mayang dan lahan pertanian di sana itu kalau hasilnya bagus pasti ada petani yang ke sini. Jadi dulu itu mengalirnya ke mana-mana," pungkas dia.

Kontributor : Ari Welianto

Load More