Pengamat Politik Nilai Petemuan Jokowi-Surya Paloh Terlalu Dini Soal Koalisi, Ini Analisanya

Partai NasDem yang mengusung duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar konsisten mengusung koalisi perubahan.

Ronald Seger Prabowo
Senin, 19 Februari 2024 | 23:52 WIB
Pengamat Politik Nilai Petemuan Jokowi-Surya Paloh Terlalu Dini Soal Koalisi, Ini Analisanya
Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh saat hadir di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Minggu (28/1/2024). (Suara.com/Rahman)

SuaraSurakarta.id - Pertemuan Presiden Jokowu dan Ketua Partai NasDem, Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2/2024) memunculkan rumor terkait perpindahan koalisi.

Seperti diketahui, Partai NasDem yang mengusung duet Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar konsisten mengusung koalisi perubahan.

Pengamat politik Universitas Padjadjaran Caroline Paskarina mengatakan bahwa saat ini masih cukup dini untuk membicarakan kemungkinan Partai NasDem berpindah koalisi.

"Apalagi penetapan hasil pemilu belum dilakukan, dan pembentukan kabinet juga belum dilakukan," kata Caroline dilansir dari ANTARA, Senin (19/2/2024).

Baca Juga:Digempur Isu Pemakzulan, PPP Soloraya Justru Siap Kawal Jokowi Sampai Tuntas, Ini Alasannya

Caroline menilai pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2/2024) malam, untuk memastikan hasil penghitungan suara dapat diterima oleh semua pihak yang berkontestasi.

"Oleh karena itu, upaya-upaya untuk pendekatan akan mulai dilakukan agar hasil pemilu dapat diterima, dan potensi penolakan, bahkan gugatan dapat diminimalkan," ujarnya.

 Sementara itu, Presiden Jokowi menyebut pertemuannya dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2/2024), untuk menjadi "jembatan" atau menjembatani sesuatu.

 "Ini baru awal-awal. Nanti kalau sudah final, kami sampaikan. Akan tetapi, itu sebetulnya saya hanya menjadi 'jembatan', yang paling penting 'kan nanti partai-partailah," ujar Jokowi usai peresmian RS Pusat Pertahanan Negara Panglima Besar Jenderal Soedirman dan 20 rumah sakit TNI, di Jakarta, Senin.

Jokowi tidak menjelaskan detail apa yang dimaksud dengan menjadi 'jembatan'.

Baca Juga:Alumni UNS Surakarta: Jokowi, Patuhi Konstitusi, Hentikan Politik Dinasti!

Ketika ditanya mengenai hal tersebut, Presiden hanya mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi "jembatan" bagi semua pihak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini