Museum Gempa Bumi Cepoko Sawit Boyolali, Gambaran Gempa Dahsyat Yogyakarta 2006

Pengunjung yang masuk akan disuguhi pemandangan asri mengingat berdiri di tengah area persawahan.

Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 14:30 WIB
Museum Gempa Bumi Cepoko Sawit Boyolali, Gambaran Gempa Dahsyat Yogyakarta 2006
Museum Gempa Bumi 2006 di Desa Cepoko Sawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Gempa bumi yang terjadi di Bantul, Yogyakarta 2006 lalu merupakan bencana gempa bumi terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia.

Dengan kekuatan mencapai 5,9 skala richter (SR), guncangan sampai ke wilayah Klaten dan Wilayah Boyolali.

Untuk wilayah Boyolali yang terdampak gempa Kecamatan Sawit. Ada tiga desa yang mengakibatkan kerusakan parah, yakni Desa Cepoko Sawit, Kenteng, dan Satriyan. 

Guna mengenang kejadian tersebut, 11 tahun setelah gempa dibangun Museum Gempa Bumi 2006 di Desa Cepoko Sawit, Kecamatan Sawit, Boyolali.

Baca Juga:Terlibat Serbuan Kotabaru, Aksi Sukirno Padamkan Listrik Buyarkan Nyali Tentara Jepang

"Museum ini dibangun untuk mengenang bencana gempa yang terjadi 2006 lali," ujar sesepuh Desa Cepoko Sawit, Kecamatan Sawit, Boyolali, Kardiyo saat ditemui Suarasurakarta.id, Jumat (20/8/2021).

Waktu terjadinya gempa bumi di wilayah sini cukup parah khususnya tiga desa, yakni Desa Cepoko Sawit, Kenteng, dan Satriyan. 

Banyak rumah warga hancur dan rusak-rusak karena gempa. Warga yang jadi korban juga ada. 

"Dulu pas gempa disekitar sini cukup parah. Rumah saya juga hancur," kata dia.

Museum Gempa Bumi 2006 ini dibangun atas bantuan dari Bank Mandiri. Berdiri di tengah area persawahan atau depan Kantor Balai Desa Cepoko Sawit. 

Baca Juga:Menapaki Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Monumen Jogja Kembali

Ini dibangun juga swadaya orang-orang asli wilayah Sawit yang berada di Jakarta, seperti Wimboh Santoso dulu di Bank Mandiri sekarang di OJK.

"Ini swadaya orang-orang asli sini yang ada di Jakarta. Ini jadi bukti adanya gempa bumi yang terjadi cukup parah di sini," sambungnya. 

Pasca selesai dibangun dan dibuka untuk umum, banyak warga yang datang. Awal-awal itu ramai, mereka datang tidak hanya anak-anak sekolah tapi juga warga umum.

"Sekarang meski pandemi ada datang walaupun jumlahnya tidak banyak. Ini dibuka terus, siapapun boleh datang," imbuh dia.

Museum Gempa Bumi ini berdiri tampak megah. Pengunjung yang masuk akan disuguhi pemandangan asri mengingat berdiri di tengah area persawahan. 

Pengunjung juga akan disuguhi bangunan seperti pura megah di bagian depan. Di museum ini masyarakat bisa melihat kondisi waktu gempa terjadi lewat dokumen berupa foto-foto. 

Ada juga benda-benda milik warga, seperti barang-barang rumah tangga. Ada guci, lampu petromax, kendi atau televisi. 

Benda-benda tersebut tertata rapi dalam sebuah ruangan kaca dan diberi keterangan.

"Benda-benda peninggalan itu bisa memberikan gambaran pengunjung betapa parahnya gempa bumi," ucapnya.

Menurutnya, benda-benda itu semua merupakan saksi bisu dan bagian milik warga yang menjadi kurban.

Salah satu pengunjung, Dabit mengatakan jika museum ini sangat bagus dan menarik. Karena tahu kondisi-kondisi yang terjadi setelah gempa bumi. 

"Ternyata dulu gempanya cukup besar kalau melihat kerusakan-kerusakan yang terjadi. Dari foto-foto yang ada tampak jelas," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak