Kuliner Khas Sangiran Sragen, Ada Balung Kethek Hingga Kacang Kreweng

Setiap daerah di Jawa Tengah memiliki daya tarik wisata tersindiri, terutamanya adalah wisata kuliner

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 06 Juni 2021 | 08:40 WIB
Kuliner Khas Sangiran Sragen, Ada Balung Kethek Hingga Kacang Kreweng
Museum Purba Sangiran di Sregan, Jawa Tengah. (Solopos/Instagram)

SuaraSurakarta.id - Berbicara kuliner di Indonesia mungkin tak akan ada habisnya. Di Kabupaten Sregen misalnya terdapat makanan yang bernama balung kethek, keripik pisang, kacang kereweng, dan Bukur atau kerang sungai. 

Kuliner itu terdapat di kawasan Situs Sangiran yang berada di Kabupaten Sragen. Obrolan terkait kuliner atau camilan khas di Situs Sangiran bisa menarik minat wisatawan. 

Namun demikian, dilansir dari Solopos.com, alih-alih menyajikan kuliner atau camilan khas bikinan warga setempat, pedagang warung makan di sekitar Museum Purbakala Sangiran Sragen itu justru menawarkan mi instan atau mi gelasan kepada para pengunjung.

Namun, kini ada makanan yang diproyeksikan sebagai ikon kuliner khas Sangiran. Kuliner itu adalah makanan berbahan dasar bukur atau kerang sungai.

Baca Juga:Kisah Tragis Kecelakaan Mobil Adu Banteng di Sragen, Nyawa 1 Balita Melayang

Masakan berbahan dasar bukur ini sebetulnya sudah lama muncul. Oleh warga sekitar, bukur biasa diolah jadi menu asem-asem, bothok, hingga digoreng kering dengan tepung ala kentucky. Oleh Pemdes Sangiran, Makanan berbahan dasar bukur ini diproyeksikan sebagai ikon kuliner khas Sangiran.

Di Desa Krikilan, ada sejumlah warga yang bekerja mencari bukur di dasar Sungai Cemoro. Dari segi rasa, bukur hampir sama dengan kerang laut namun berukuran lebih kecil.

Salah satu masalah yang dihadapi untuk mengembangkan bukur sebagai ikon kuliner khas Sangiran adalah stoknya terbatas sepanjang tahun.

“Bukur ini musiman. Bukur biasa terlihat saat air sungai atau saluran surut, tepatnya saat memasuki musim kemarau,” ucap Kepala Desa Krikilan, Widodo, Rabu (2/6/2021).

Selain menu olahan bukur, masih ada sejumlah camilan tradisional bikinan warga di sekitar krikilan. Sebut saja cemilan balung kethek, keripik pisang dan kacang kereweng.

Baca Juga:Kebakaran Hebat Gudang Minyak Tiner di Sragen, Tiga Orang Alami Luka Bakar

Balung kethek (kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Balung kethek (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Para pengrajin cemilan ini sudah memiliki sejumlah pelatihan untuk menghasilkan produk yang disukai pasar. Salah satunya ialah pelatihan mengemas produk menjadi lebih menarik hingga pendampingan pengajuan izin pendirian industri rumah tangga (IRT).

“Aneka camilan seperti balung kethek, keripik pisang dan kacang kereweng sekarang malah sudah dipasarkan di Alfamart dan Indomaret. Camilan itu sudah dikemas menarik sehingga toko modern pun tertarik untuk memasarkan,” terang Widodo.

Wadah Terbuat dari Daun Pisang

Kuliner lain khas Sangiran yang layak diburu wisatawan antara lain sega plontang. Nama sega plontang memang tidak sepopuler sega berkat. Meski terdengar asing di telinga, sega plontang merupakan salah satu kuliner khas dari Sangiran.

Sega plontang pernah dipamerkan pada kegiatan Pasar Budaya Sangiran yang digelar pada Desember 2020 lalu. Nama lain dari sega plontang adalah sega takir.

Keunikan dari kuliner ini terletak pada wadahnya yang terbuat dari daun pisang yang dipadu dengan janur kuning. Takir sendiri merupakan sebutan untuk wadah makanan yang terbuat dari daun pisang.

Berbeda dengan pincuk yang dibuat dengan bentuk mengerucut, takir berbentuk segi empat. Di kedua ujung lipatan biasa diberi sematan lidi agar lebih kuat dipakai untuk menampung makanan. Untuk menambah kesan estetis, takir itu diberi hiasan janur kuning melingkar.

Di wadah itu terdapat aneka macam makanan mulai dari nasi uduk atau nasih gurih, suwiran ayam, kedelai hitam yang digoreng, ikan wader, peyek kacang tanah dan kerupuk.

Namun, sega plontang saat ini relatif sulit didapatkan karena tidak dijual di warung manapun. Pasalnya, sega plontang hanya ada pada momen-momen tertentu seperti pada saat ada upacara adat di desa-desa.

Sega plontang biasa dipakai masyarakat Sragen untuk menjamu tamu pada acara bancaan, sedekah setelah ada yang melahirkan, meninggal dunia atau mau melangsungkan pernikahan dan lain-lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini