Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 18 Februari 2024 | 12:28 WIB
Ilustrasi kebiasaan tidur mendengkur atau ngorok. (Shutterstock)

SuaraSurakarta.id - Mendengkur atau 'ngorok' rupanya membuat masalah baru di dalam sebuah rumah tangga. Bahkan, suami-istri memutuskan pisah ranjang karena masalah tersebut.

Tentu masalah ngorok tersebut harus menjadi perhatian banyak piihak. Terutama pasangan suami istri yang hidup bersama.

Menyadur dari BBC Indonesia, pada akhir tahun lalu, aktris terkenal Amerika Cameron Diaz mengatakan di siniar bertajuk Lipstick on the Rim bahwa dia dan suaminya tidak tidur di kamar yang sama.

"Dan saya pikir kita perlu menormalisasi tidur di kamar terpisah," tambahnya.

Baca Juga: Sejarah Kampung Balong, Kawasan Pecinan Terbesar di Solo

Meskipun curhatan itu memicu ribuan reaksi di media sosial – serta terbitnya berbagai artikel di media – apa yang dilakukan bintang Hollywood itu bukan satu-satunya.

Menurut sebuah studi tahun 2023 oleh American Academy of Sleep Medicine (AASM), lebih dari sepertiga responden di Amerika Serikat melaporkan sesekali atau secara rutin tidur di kamar terpisah dengan pasangan mereka untuk meningkatkan kualitas tidur.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tren ini paling menonjol di generasi "milenial" – generasi yang saat ini berusia antara 28 hingga 42 tahun.

Dengan angka yang mendekati setengah, yakni 43%, responden milenial menjawab bahwa mereka tidur terpisah dari pasangan mereka.

Untuk kelompok usia lainnya, yakni generasi X (lahir antara 1965 dan 1980) sekitar 33%; kemudian generasi Z (lahir antara 1997 dan 2012), sebanyak 28%; dan akhirnya baby boomers (lahir antara 1946 dan 1964), pada 22%.

Baca Juga: Pusing Tak Bisa Jualan, Pedagang Daging Anjing di Solo Ajukan Audiensi

"Meskipun tidak diketahui secara pasti alasan mengapa generasi muda lebih memilih melakukannya, ada beberapa hipotesis. Salah satunya adalah sedikitnya stigma seputar tidur terpisah.

"Itu merupakan perubahan budaya. Mereka pikir: 'Jika saya bisa tidur lebih nyenyak, saya merasa lebih enak. Jadi mengapa tidak?'" kata Dr Collier.

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa "tempat tidur perkawinan" (atau tempat tidur untuk dua orang) adalah konsep modern dan penggunaannya meningkat setelah revolusi industri, ketika seorang pergi untuk tinggal di daerah yang lebih padat penduduk.

Tetapi sebelum abad ke-19, cukup umum bagi pasangan yang sudah menikah untuk tidur terpisah.

"Dan semakin tinggi tingkat sosial-ekonomi seseorang, semakin umum itu terjadi. Anda dapat melihat bagaimana anggota keluarga bangsawan tidur," kata Pablo Brockmann, seorang somnolog (ahli gangguan tidur) dari Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Cile.

Kelebihan dari pisah ranjang?

Para ahli sepakat bahwa ada beberapa keuntungan bagi pasangan yang memutuskan untuk tidur di kamar terpisah.

"Keuntungan utamanya adalah mereka dapat tidur dengan teratur dan nyenyak. Dan mendapatkan kualitas tidur yang baik sangat penting bagi kesejahteraan mereka secara keseluruhan," kata Dr Collier.

"Jika seseorang tidak bisa tidur, itu mempengaruhi segala hal. Mulai dari kekebalan tubuh mereka hingga cara kerja tubuh mereka.

“Tak hanya itu, tidur yang kurang berkualitas dapat membuat Anda lebih cepat marah dan tidak sabar. Anda bahkan dapat terkena sejenis depresi," tambahnya.

Psikiater percaya bahwa "perceraian tidur" juga dapat membantu menjaga hubungan yang "lebih sehat".

"Kami tahu bahwa ketika pasangan tidak mendapatkan istirahat yang cukup, mungkin akan lebih sering berdebat, lebih mudah tersinggung dan kehilangan empati," katanya.

Seema Khosla, seorang pulmonolog dan juru bicara AASM, setuju dengan pernyataan ini.

"Kami tahu bahwa kurang tidur dapat memperburuk suasana hati Anda, dan mereka yang kurang tidur cenderung lebih sering berdebat dengan pasangan mereka.

“Mungkin ada rasa benci yang terpendam terhadap orang yang membuat tidur Anda terganggu yang dapat berdampak negatif pada hubungan itu," katanya ketika AASM meluncurkan investigasi terkait "perceraian tidur".

"Tidur nyenyak penting bagi kesehatan dan kebahagiaan, jadi tidak heran jika beberapa pasangan memilih untuk tidur terpisah demi kesejahteraan mereka bersama," tambahnya.

Bagi Cecilia, tidur di ruangan yang berbeda dari pasangannya saat ini telah "mengubah hidupnya".

"Jauh lebih nyaman. Karena faktanya saya bisa tidur lebih nyenyak, memiliki lebih banyak ruang di tempat tidur, dan bisa berbalik badan tanpa mengganggu orang lain.

"Juga, Anda tidak harus bangun pada jam yang sama dengan pasanganmu. Anda benar-benar bisa bangun sesuai kebutuhan atau keperluan Anda," ujarnya.

Kerugian dari pisah ranjang?

Kerugian yang paling jelas adalah praktik ini membutuhkan kasur tambahan dan kemungkinan besar juga kamar tambahan, dan bagi banyak pasangan itu bukan opsi yang memungkinkan.

Tetapi jikalau itu masih mungkin, keputusan tersebut juga dapat membawa beberapa efek negatif. Banyak pasangan, kata para ahli, khawatir kehilangan keintiman.

"Saya pikir dari segi hubungan saya dengan pasangan, memang ada perubahan," Cecilia mengakui.

"Hubungan kami, keintiman, memang berkurang. Tapi itu tidak terlalu serius. Saya pikir keuntungannya masih lebih besar," tambahnya.

Dr Collier menjelaskan bahwa bagi kebanyakan orang yang bekerja purna waktu, saat ketika mereka bisa berhubungan dengan pasangan mereka justru ketika mereka tidur.

"Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah memaksimalkan waktu yang mereka habiskan bersama," katanya.

Sementara, Dr Brockmann mengatakan bahwa "perceraian tidur" bukanlah sesuatu yang dapat menguntungkan semua pasangan.

"Ada pula manfaat biologis tertentu dari tidur bersama sebagai pasangan. Bagi sebagian besar orang, koneksi dapat dihasilkan dalam mimpi. Ini hal yang primitif pada spesies manusia.

“Seorang ibu dan anak, misalnya, biasanya menghasilkan ikatan ini selama menyusui dan memiliki siklus tidur yang sama sehingga mereka berdua beristirahat. "

"Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pasangan yang tidur bersama selama bertahun-tahun berhasil memperdalam tahapan tidur mereka karena mereka terhubung. Hal ini dapat meningkatkan kualitas tidur Anda," kata somnolog.

Namun, jika pasangan memutuskan untuk mencoba "perceraian tidur", ada beberapa rekomendasi yang perlu diikuti, kata spesialis.

"Ini tidak akan berhasil jika hanya satu orang yang menginginkannya dan yang lain tidak, karena itu dapat menimbulkan rasa benci," kata Dr Collier.

"Beberapa orang tidak ingin tidur sendirian dan itu membuat mereka merasa buruk. Kemudian mereka harus mencapai kesepakatan yang setara, keputusan yang adil untuk keduanya."

Dr Brockmann setuju.

"Bagi orang yang memiliki masalah, baik itu mendengkur, berjalan dalam tidur atau kaki yang tak bisa diam, itu akan sulit.

“Karena ada orang yang tidak suka [tidur di tempat tidur terpisah] ... Secara umum, pria lebih enggan melakukannya," katanya.

Studi yang ada menunjukkan bahwa tren ini telah berkembang, setidaknya di beberapa negara.

Di Inggris, National Bed Federation (Federasi Tempat Tidur Nasional) menemukan bahwa pada 2020 hampir satu dari enam atau 15% pasangan Inggris yang tinggal bersama sekarang tidur terpisah – dengan sekitar sembilan dari 10 atau 89% pasangan dari mereka tidur di kamar terpisah.

Sebuah survei yang dikeluarkan The Sleep Council (Dewan Tidur) pada 2009 mengungkapkan bahwa kurang dari satu dari 10 atau 7% pasangan memiliki tempat tidur terpisah.

"Ini menunjukkan tingkat tidur pasangan yang tidur terpisah naik kira-kira dua kali lipat dalam dekade terakhir," ungkap Federasi Tempat Tidur Nasional.

Jadi dalam perihal siapa tidur di mana, tampaknya semakin banyak orang dalam hubungan memprioritaskan mendapatkan tidur malam yang nyenyak.

*Cecilia adalah nama samaran karena orang yang diwawancarai memilih untuk tidak mengungkapkan identitasnya.

Load More