SuaraSurakarta.id - Girpasang merupakan salah satu kampung yang berada di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten. Lokasi Kampung Girpasang sendiri berada di lereng Gunung Merapi.
Di Kampung Girpasang hanya memiliki 22 Kepala Keluarga (KK) dengan 35 jiwa dan sembilan rumah. Jumlah tersebut masuk dalam satu RT, yakni RT 03 RW 07.
Mereka tinggal di Kampung Girpasang sudah dilakukan secara turun temurun selama ratusan tahun hingga saat ini.
Selama ratusan tahun, warga Girpasang harus hidup terisolasi. Karena lokasi Kampung Girpasang sendiri letaknya di antara jurang sedalam sekitar 150 meter, sehingga saat warga ingin ke desa sebelah, kota, atau pasar harus melewati jurang dengan 1.001 tangga.
Namun, sekarang oleh Pemerintah Pusat dibuatkan jembatan gantung dengan panjang 120 meter dan lebar 1,8 meter sebagai akses warga Girpasang.
"Dulu kalau kemana-mana harus naik turun jurang. Ada 1.001 tangga yang dibuat warga sebagai akses jalan," ujar tokoh masyarakat Kampung Girpasang, Giyanto saat ditemui Suarasurakarta.id, Minggu (27/2/2022).
Untuk jarak yang ditempuh melewati 1.001 tangga sekitar 30 menit, setelah ada jembatan gantung 5 menit sudah samper seberang.
Giyanto mengakui, selamat ratusan warga Girpasang merasa rekoso karena tidak bisa kemana-mana.
Apalagi saat ada panen hasil bumi, seperti loncang, kol, dan cabai atau menjual hewan ternak seperti Sapi dan Kambing susah.
Baca Juga: Rumah hingga Kandang Sapi Terkena Proyek Tol Solo-Jogja, Mbak Tantri Mendadak Jadi Miliader Muda
"Wong mriki rekosone ngempet, arep metu ngeh rekoso. Mau jual beli hewan ternak sulit harus naik turun jurang dengan jarak sekitar 3 km," katanya.
Kalau ada panen hasil bumi dan dibawa ke pasar warga minta tolong ke warga lain ikut membantu manggul atau membawa hasil bumi ke seberang.
Saat ada warga sakit dan akan melahirkan pun susah, karena harus melewati jurang dengan 1001 tangga kalau mau berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
Apalagi kalau malam hari atau pas hujan turun, pastinya itu membahayakan. "Waktu istri saya mau melahirkan, saya tandu dengan warga lain. Jadi susah sekali aksesnya," imbuhnya.
Sebelum ada jembatan gantung untuk akses, warga membuat gondolan barang. Tapi gondolan itu bukan untuk askes warga tapi buat hasil bumi atau hewan ternak.
"Saya perintis seling atau gondolan pertama tahun 2016 lalu. Awalnya manual sekarang dioperasikan lewat motor. Itu buat membawa hasil bumi bukan untuk warga," ucap dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Kekayaan Hakim Dennie Arsan Fatrika yang Dilaporkan Tom Lembong: Dari Rp192 Juta Jadi Rp4,3 Miliar
- Tanggal 18 Agustus 2025 Cuti Bersama atau Libur Nasional? Simak Aturan Resminya
- Di Luar Prediksi, Gelandang Serang Keturunan Pasang Status Timnas Indonesia, Produktif Cetak Gol
- Resmi Thailand Bantu Lawan Timnas Indonesia di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Agustus: Klaim 3.000 Gems dan Pemain 111
Pilihan
-
Aneh Bin Ajaib! Pertumbuhan Ekonomi 5,12% Diragukan, Menko Airlangga Pasang Badan Bela BPS
-
Harga Emas Antam Merosot, Hari ini Dipatok Rp 1.950.000 per Gram
-
Deretan Kontroversi Bella Shofie, Kini Dituduh Tak Pernah Ngantor sebagai Anggota DPRD
-
Klub Belum Ada, Bursa Transfer Mau Ditutup! Thom Haye Ditolak Mantan
-
Menko Airlangga Cari-cari Rojali dan Rohana di Tengah Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen: Hanya Isu!
Terkini
-
Diproduksi di Boyolali, Polda Jateng Bekuk Komplotan Pembuat Uang Palsu
-
Politisi PDIP Bantah Amnesti Hasto Kristiyanto Timbal Balik Politik
-
Fenomena Pengibaran Bendera One Piece, Aria Bima: Perlu Ditanggapi, Tapi Jangan Berlebihan
-
Pengibaran Bendera dan Mural One Piece Dianggap Makar, Ini Kata Pengamat UNS
-
Jelang HUT RI ke-80, Satlantas Polresta Solo Bagikan Bendera Merah Putih ke Pengendara di Jalan