Budi Arista Romadhoni
Kamis, 25 Desember 2025 | 08:57 WIB
Salah satu mahasiswi UNS asal Tapanuli Tengah, Sri Wahyuni Matondang yang keluarganya terkena dampak banjir bandang. (Suara.com/Ari Welianto).
Baca 10 detik
  • Mahasiswa UNS, Sri Wahyuni, berduka karena rumahnya hancur total akibat banjir bandang di kampungnya Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
  • Keluarganya mengungsi ke hutan selama lima hari dan komunikasi baru terjalin pada hari keenam pascabencana.
  • Sri Wahyuni menunda kepulangan ke kampung karena akses jalan lintas utama mengalami sekitar 20 titik longsor.

SuaraSurakarta.id -  Sri Wahyuni Matondang, Mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tak bisa menahan kesedihan saat mengingat kampungnya di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara terdampak banjir bandang.

Di mana rumah-rumah hancur total dan banyak warga yang mengungsi untuk menyelamatkan diri. Salah satu rumah yang rusak itu miliknya, bahkan keluarganya harus mengungsi.

"Kalau rumahku hancur total. Terus orang tuaku itu tinggal di sekolah sekarang. Satu kampung memang sudah hancur," ujarnya saat ditemui di Gedung Rektorat UNS, Rabu, (24/12/2025).

Sri Wahyuni menyebut kondisinya memang sangat parah dan banyak warga panik. Dalam waktu 3 jam saat kejadian itu, satu kampung habis dan warga mengungsi ke hutan.

"Dalam 3 jam itu beneran satu kampung habis. Kebetulan orang tuaku itu di kota karena kerja. Lalu keluargaku yang lain mengungsi ke hutan selama 5 hari. Ada nenekku, saudara, mama, sama adik-adikku ke hutan," kata Mahasiswa Fakultas Ekonomi Pembangunan ini.

Sri Wahyuni mengatakan selama kurang lebih satu minggu tidak menghubungi keluarganya. Baru di hari ke-6 itu bisa menghubungi, saat bisa dihubungi itu nangis dan tanya-tanya soal kabar dan kondisinya.

"Baru di hari ke-6 itu, aku bisa telepon sama keluargaku. Rasanya cemas pastinya," ungkapnya. 

Selama kehilangan kontak komunikasi dengan keluarga, Sri Wahyuni terus memantau dan mencari tahu lewat media sosial (medsos) sambil berusaha menghubungi. Itupun informasinya tidak selalu update.

"Sempat telepon Damkar, BNPB sama Basarnas juga kayak enggak ada yang ngangkat. Lalu tahu ada statement yang bilang dapat Starlink free internet. Aku langsung nelfon, ngomong cuma beberapa menit. Kemudian setelahnya terputus lagi," papar dia.

Baca Juga: Sejumlah Anggota DPR Dinonaktifkan, Ini Komentar Pengamat Politik UNS

Menurutnya terakhir komunikasi sama orang tua itu hari Selasa pukul 08.30. Kemudian baru dihubungi lagi pada hari Senin. 

"Itupun cuma 1 menit saja. Orang tua kebetulan mengungsi di sekolah. Kalau adik, opungku rumahnya sudah hancur. Jadi mereka itu tinggal di titik-titik pengungsian di kampung, masih ada kayak dataran yang agak tinggi. Jadi ada kayak satu rumah warga yang lumayan besar. Nah, di situ warga yang sudah kehilangan rumah itu tinggal di sana semua," jelasnya.

Sri Wahyuni mengaku sangat sedih, rumah tempat tinggalnya di Tapanuli Tengah sudah tidak ada lagi.  Tidak hanya tempat tinggalnya tapi dengan harta benda. 

"Waktu dengar orang tuaku ngomong itu kayak udah alhamdulillah masih selamat. Banyak yang meninggal juga di sana. Tapi sekarang tim evakuasi itu masih ke sana, kemudian bantuan-bantuan paling dari influencer," terang dia.

Sri Wahyuni menyatakan tidak ada niatan untuk pulang kampung di Tapanuli Tengah. Selain biaya pulang ke sana mahal, juga kampungnya belum dapat dilewati mobil. 

"Nunggu pemulihan dulu. Soalnya kalau pulang dari Solo ke Medan. Dari Medan ke Tapanuli Tengah itu tidak bisa lewat. Infonya di Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara itu ada sekitar 20 titik longsor di jalan lintasnya. Kalau dari Pekanbaru ke tempatku di Tapanuli kan hancur juga. Di daerah Garoga. Itu benar-benar hancur banget," ceritanya.

Load More