- Peresmian Panggung Sangga Buwana dan Museum Keraton Surakarta pada 16 Desember 2025 diwarnai absennya keluarga penting.
- Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyayangkan ketidakhadiran sentana kunci dalam peresmian tersebut sebagai catatan pemerintah.
- Acara berlangsung setelah kendala lokasi karena Sasana Handrawina dikunci, akhirnya dipindahkan ke Bangsal Morokata.
SuaraSurakarta.id - Perpecahan di tubuh Keraton Kasunanan Surakarta kembali mencuat ke permukaan.
Peresmian Panggung Sangga Buwana dan Museum Keraton yang megah pada Selasa (16/12/2025) malam, justru diwarnai absennya sejumlah sentana (keluarga) penting, termasuk KGPH Purboyo dan GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani.
Situasi ini memicu kekhawatiran akan masa depan pelestarian cagar budaya yang menjadi jantung kebudayaan Jawa.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang turut meresmikan acara tersebut, bahkan secara terang-terangan menyayangkan ketidakhadiran pihak-pihak yang diundang, menganggapnya sebagai catatan penting bagi pemerintah.
Baca Juga:Dualisme Keraton Solo: Fadli Zon Undang Raja Kembar, Hangabehi Datang, Purboyo Pilih Urus Kuliah
Acara peresmian yang berlangsung di Bangsal Morokata, Keraton Kasunanan Surakarta, dihadiri oleh sejumlah tokoh penting.
Selain Menteri Kebudayaan Fadli Zon, tampak hadir Maha Menteri Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan, Paku Buwono (PB) XIV Hangabehi, Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) GKR Koes Moertiyah Wandansari (Gusti Moeng), serta putra-putri dalem PB XII dan PB XIII.
Tim revitalisasi Panggung Sangga Buwana dan Museum Keraton, kerabat, sentono, abdi dalem, Wali Kota Solo Respati Ardi, dan Ketua Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X DIY-Jateng Manggar Sari Ayuati juga turut memeriahkan acara.
Namun, sorotan utama justru tertuju pada kursi-kursi kosong yang seharusnya diisi oleh KGPH Purboyo, GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani, dan beberapa anggota keluarga lainnya.
Ketidakhadiran mereka menjadi pertanyaan besar, mengingat informasi yang beredar menyebutkan bahwa mereka telah diundang secara resmi.
Baca Juga:Miris! Kondisi Bangsal Pradonggo Keraton Kasunanan Surakarta sudah Disanggah Puluhan Bambu
Ketua Eksekutif LDA KPH Eddy Wirabhumi menegaskan bahwa semua pihak telah mengetahui dan menerima surat undangan resmi terkait acara ini.
"Masalah ini sudah pasti diketahui semua pihak. Karena sudah ada surat resmi untuk acara ini," terang Eddy saat ditemui.
Ia menambahkan, "Kalau surat itu tidak direspon atau direspon dengan cara berbeda, maka itu tanggung sendiri-sendiri."
Pernyataan ini mengindikasikan adanya perbedaan pandangan atau penolakan dari pihak yang tidak hadir, meskipun undangan telah disampaikan.
Eddy Wirabhumi menjelaskan bahwa BPK Wilayah X telah melakukan dua kali surat-menyurat kepada Panembahan Agung Tedjowulan, KGPH Hangabehi, dan KGPH Purboyo.
Surat-surat tersebut bertujuan untuk persiapan peresmian Panggung Sangga Buwana dan Museum Keraton.
Bahkan, tindak lanjut dari surat tersebut adalah rapat koordinasi di balai kota yang mengundang Wali Kota Solo.
"Dari pihak KGPH Purboyo diwakili oleh Gusti Timoer dan Gusti Devi," papar Eddy.
Dalam koordinasi tersebut, menurut Eddy, semua pihak sepakat untuk menyukseskan persiapan peresmian.
Namun, kendala muncul terkait lokasi acara. Rencana awal peresmian akan digelar di Sasana Handrawina, tetapi lokasi tersebut ternyata dikunci.
"Kita masih terus bersabar mencoba mengikuti proses, mereka minta surat lagi di berikanlah surat lagi dari BPK Wilayah X mohon untuk dibuka. Ternyata tidak dikabulkan untuk dibuka," tandas Eddy.
Akhirnya, setelah koordinasi, diputuskan untuk memindahkan acara ke Bangsal Marakata dengan latar belakang Panggung Sangga Buwana yang baru direnovasi.
"Ternyata lebih indah, tampak panggung sangga buwana yang sudah direnovasi," pungkasnya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon sendiri tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Ia sangat menyayangkan ketidakhadiran KGPH Purboyo dan GKR Timoer Rumbay dalam silaturahmi dan dialog mengenai pelestarian Keraton Kasunanan Surakarta di Jakarta, Sabtu (13/12/2025) lalu.
"Itu tentu menjadi catatan bagi kami. Kehadiran itu adalah penghormatan juga kepada kehadiran pemerintah," tegas Fadli Zon.
Ia menambahkan bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menciptakan situasi yang lebih kondusif di keraton.
"Tentu kita mengharapkan terlebih dahulu dari pihak keluarga besar keraton untuk menciptakan kondisi yang kondusif. Berharap tidak ada hal-hal yang merusak cagar budaya dan membuat situasi kekisruhan yang tidak perlu," ungkapnya.
Fadli Zon menekankan pentingnya keraton sebagai institusi bersejarah yang menjadi saksi perjalanan budaya dan peradaban di tanah Jawa dan Nusantara.
"Kita akan tetap bekerjasama untuk melakukan revitalisasi. Semakin kondusif maka semakin cepat kita melakukan revitalisasi," jelasnya.
Mengenai ketidakhadiran Gusti Purboyo dalam acara peresmian, Fadli Zon menegaskan bahwa pihaknya telah mengundang semua pihak.
"Kita kan mengundang semua pihak gitu ya. Kita inikan dibawa NKRI, jadi pemerintah saya mempresentasikan ingin suasana itu kondusif. Jadi cagar budaya ini bisa tetap terawat, bisa terjamin keberlangsungannya, karena itu kemarin kita undang," paparnya.
Meskipun demikian, Fadli Zon mengakui bahwa tidak semua undangan hadir dalam dialog di Jakarta, dan hal itu menjadi catatan penting bagi kementerian.
"Memang itu hak yang bersangkutan tapi kita akan sayangkan dan itu menjadi catatan kami juga," tandasnya.
Kontributor : Ari Welianto