SuaraSurakarta.id - Berikut ini kronologi terjadinya tanah ambles di Gedung Serba Guna, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo.
Gedung yang terletak di RT 01 RW 006 itu ambes, Rabu (19/3/2025) pagi hingga melukai dua orang dan dilarikan ke rumah sakit.
Lokasi Gedung Serba Guna sendiri berada di bibir Kali Pepe yang sudah di talud. Tanah yang ambles kedalamannya sekitar 1-2 meter dan berbentuk melingkar.
Informasi yang diterima korban yang merupakan kader Posyandu langsung dibawa ke RSUD Fatmawati Ngipang untuk mendapatkan perawatan. Korban atas nama Iswatiningsih dan Martini.
Baca Juga:115 Botol Miras dan Ganja Disita, Operasi KYRD Polresta Solo Gemparkan Akhir Pekan
Lurah Kadipiro Arif Budiman mengatakan awalnya menerima laporan dari warga bahwa ada tanah ambles di bagian dapur Gedung Serba Guna RT 01/RW 06.
"Laporannya jam 09.30 WIB. Tadi Linmas kami langsung bergerak ke sini, telepon Damkar juga," kata dia melansir ANTARA.
Namun, dikatakannya, warga langsung melakukan evakuasi secara mandiri.
"Sudah mengevakuasi dua orang dan dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati Soekarno Ngipang," katanya.
Ia mengatakan dua korban atas nama Iswatiningsih dan Martini yang merupakan kader Posyandu, mengalami luka di bagian kaki.
Baca Juga:Catat Lut! PT KAI siapkan Empat KA Kereta Api Tambahan Rute Solo Selama Mudik
"Dua orang tadi mau ambil meja di dapur. Mau ambil meja di belakang itu juga ada balapecah (peralatan pecah belah). Mungkin berat juga jadi ambles. Mereka luka lecet-lecet, satu masih bisa jalan yang satu lagi dibopong. Ini kami masih menunggu di RS juga," katanya.
Mengenai bangunan yang berada di bantaran Kali Pepe tersebut, dikatakannya, di bagian bawah ada saluran drainase.
"Apakah kemungkinan saluran tersebut ada yang bocor terus menggerus tanah di dekat drainase, kami belum tahu," katanya.
Sebagai tindak lanjut, pihaknya sudah meminta nota dinas ke instansi terkait yakni Dinas Permukiman, DPUPR, dan BPBD untuk dilakukan perbaikan.
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Jawa Tengah (Jateng) agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Jateng pada tanggal 19-21 Maret 2025 yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
"Berdasarkan informasi dinamika atmosfer yang dirilis BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Ahmad Yani Semarang siang ini, ada beberapa faktor yang berpotensi memicu terjadinya cuaca ekstrem dalam tiga hari ke depan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stamet Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, melansir ANTARA.
Ia mengatakan faktor pemicu tersebut meliputi adanya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia selatan Pulau Jawa menyebabkan terbentuknya daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Jateng.
Selain itu, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) saat ini terpantau aktif pada fase 3 yang berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Jateng.
Selanjutnya, kelembapan udara di berbagai ketinggian cenderung basah sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan yang menjulang hingga ke lapisan atas.
Kemudian, labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jawa Tengah.
"Kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Jateng pada tanggal 19-21 Maret 2025," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan wilayah Jateng yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada Rabu (19/3) meliputi Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Kabupaten/Kota Magelang, Boyolali, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Kudus, Temanggung, Kabupaten/Kota Semarang, Kota Salatiga, Kendal, Batang, Kabupaten/Kota Pekalongan, Pemalang, Kabupaten/Kota Tegal, dan Brebes.