SuaraSurakarta.id - Kota Solo memiliki hidangan khas yang selalu hadir setiap Ramadan, yaitu Bubur Samin.
Sajian ini menjadi menu berbuka di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, Solo, dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Sejarah bubur samin di Solo bermula dari para perantau Banjar, Kalimantan Selatan, yang menetap di kota ini.
Hidangan ini awalnya dibuat sebagai pengobat rindu mereka terhadap kampung halaman.
Baca Juga:Nekat Balap Liar di Bulan Ramadan, Polres Sukoharjo Amankan 38 Motor dan 44 Pemuda
Tradisi pembagian bubur samin kepada masyarakat umum baru dimulai pada tahun 1986, setelah sebelumnya hanya dikonsumsi oleh komunitas perantau dan warga sekitar masjid.
Setiap Ramadan, takmir Masjid Darussalam mempersiapkan bubur samin dalam jumlah besar. Pada Ramadan 2025, pembuatan bubur sudah dimulai sejak hari pertama puasa, yaitu 1 Maret.
![Antrean warga untuk mendapatkan bubur samin khas banjar di Masjid Darussalam, Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, Selasa (12/3/2024). [Suara.com/Ari Welianto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/03/12/53722-bubur-samin.jpg)
Setiap harinya, sekitar 45-50 kilogram bubur dimasak untuk menghasilkan 1.300 porsi. Dari jumlah tersebut, 1.100 porsi dibagikan kepada masyarakat umum, sementara 200 porsi disediakan khusus untuk jamaah masjid.
Tradisi ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Solo, yang dalam tiga tahun terakhir memberikan bantuan beras sebanyak 1.500 kilogram.
Masyarakat dari berbagai latar belakang, termasuk yang tidak menjalankan puasa, diperbolehkan menikmati bubur samin sebagai bagian dari semangat berbagi di bulan Ramadan.
Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Kabupaten Sukoharjo Minggu 9 Maret 2025, Disertai Bacaan Niat Puasa Ramadan
Bubur samin dikenal dengan cita rasanya yang gurih dan kaya rempah. Dibuat dari beras, daging sapi, susu, santan, serta berbagai bumbu seperti bawang merah, bawang putih, kayu manis, kapulaga, jahe, lengkuas, dan minyak samin, hidangan ini memiliki warna kekuningan yang khas.
- 1
- 2