Dari Kertas Rapuh ke Era Digital: Naskah Kuno Masjid Agung Surakarta Mendapatkan Kehidupan Baru

Banyak kondisi manuskrip kuno dengan tulisan Arab dan Jawa yang rusak, seperti robek dan penuh dengan gas keasaman.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 12 Juni 2024 | 12:54 WIB
Dari Kertas Rapuh ke Era Digital: Naskah Kuno Masjid Agung Surakarta Mendapatkan Kehidupan Baru
Petugas Perpustakaan Nasional sedang melakukan proses pelestarian manuskrip kuno berusia ratusan tahun di Masjid Agung Surakarta. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Ratusan manuskrip atau naskah kuno yang berusia ratusan tahun di Perpustakaan Masjid Agung Surakarta dilakukan pemeliharaan secara fisik atau digitalisasi oleh Perpustakaan Nasional.

Pasalnya banyak kondisi manuskrip kuno dengan tulisan Arab dan Jawa yang rusak, seperti robek dan penuh dengan gas keasaman.

"Kondisi awal itu asamnya tinggi. Itu kalau dibiarkan akan merusak kertas dan bisa lapuk, itu jelas sangat disayangkan mengingat ini punya nilai sejarah," ujar pustakawan muda di Perpustakaan Nasional, Cecep Nurjadjanti saat ditemui, Rabu (13/6/2024).

Cecep menjelaskan naskah itu kalau biasanya sudah warna coklat itu pasti asamnya tinggi. Untuk penanganan terlebih diklasifikasi kemudian diredam dengan larutan kimia untuk menghilangkan keasamannya, kalau ada yang sobek diperbaiki.

Baca Juga:Sejarah Bondo Loemakso: Pegadaian Khusus Sentono dan Abdi Dalem Keraton Solo Tempo Dulu

Setelah diperkuat dengan tisu Jepang, kemudian di laminating dan dikeringkan hingga beberapa jam.

"Setelah kering lalu diurutkan kembali halamannya. Setelah itu baru dijilid ulang," ungkap dia.

Penanganan ini untuk mengantisipasi kerusakan manuskrip-manuskrip kuno. Tidak hanya itu tapi supaya bisa berumur panjang.

"Inikan peninggalan sejarah, sayang kalau sampai rusak. Ini supaya berumur panjang," katanya.

Sementara itu Koordinator Lapangan dari Perpustakaan Nasional, Faisal Husain mengatakan manuskrip kuno ini usianya sudah tua dan akan turun durabilitas atau daya tahan.

Baca Juga:Astaga! Warisan Sejarah Paku Buwono X Kantor Bondo Loemakso Dijual, Segini Harganya

"Nah, untuk memperbaiki dan menguatkan kembali kita lakukan pelestarian secara fisik," terang dia.

Menurutnya kertas itu salah satu kerusakannya itu karena asam. Sehingga asamnya itu dinetralkan lalu kalau ada yang sobek-sobek diperbaiki dan perkuat juga, serat-serat yang sudah mulai rapuh dikuatkan juga menggunakan tisu Jepang.

"Nanti pada akhirnya akan dijilid kembali dan mengembalikan lagi bentuk primanya. Jadi umurnya bisa diperpanjang lagi," sambungnya.

Selain pelestarian secara fisik, juga dilakukan pelestarian secara informasinya. Di mana manuskrip kuno itu di capture dengan kamera informasi yang ada di dalam bentuk digital.

"Nanti juga bisa dilayangkan bentuk digitalnya kepada masyarakat lewat website. Jadi pelestariannya itu tidak hanya informasi tapi juga fisik dilestarikan," jelas dia.

Faisal mengatakan manuskrip kuno yang dilestarikan ini ada yang usianya hampir 300 tahun. Untuk tulisannya itu ada yang Arab, ada juga tulisan Jawa.

"Tata kelola di Perpustakaan Masjid Agung ini sudah bagus, mungkin sebelumnya sudah dilakukan pelestarian. Sudah terdata dan sudah katalog juga ada, tapi ada juga kondisinya masih rusak dan asam juga,  itu yang kita kerjakan sekarang," tandasnya.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini