SuaraSurakarta.id - Kota Solo tak hanya terkenal dengan wisata budaya dan kuliner, namun juga sederet wisata religi yang eksostis dengan beragam arsitektur keren.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemkot Kota Bengawan telah menambah banyak destinasi wisata baru yang menarik yang wajib kalian kunjungi.
Apalagi wisata religi di Kota Solo banyak menyimpan sejarah saat proses pembangunan yang layak untuk dikunjungi dan dipelajari.
Melansir laman Surakarta.go.id, berikut ini 5 wisata religi di Kota Solo yang wajib Anda kunjungi.
Baca Juga:3 Rekomendasi Masjid Megah Milik Tokoh Terkenal, Cocok untuk Wisata Rohani
1. Masjid Raya Syekh Zayed Solo
Masjid yang menjadi hibah dari Putra Mahkota UEA ini yang akan menjadi symbol persahabatan antar dua negara yaitu Indonesia dan UEA.
Arsitektur dari Masjid Syekh Zayed Solo merupakan replika adaptasi dari Syekh Zayed Grand Mosque yang berada di Abu Dhabi.
Dilengkapi dengan 82 kubah yang berhiaskan batu alam dan satu kubah utama membuat bangunan ini terlihat menyala megah di siang maupun malam hari.
Masjid ini dibangun untuk bisa menampung 10.000 jamaah dari segala penjuru daerah. Saat hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, Masjid Syekh Zayed bisa menampung hingga 15.000 jamaah, lho.
Baca Juga:Takjub! Megahnya Masjid Agung Al-Falah Jambi, Dijuluki Masjid 1000 Tiang
Pura bergaya arsitektur Bali itu terletak di Gang Tribusono I Kampung Mutihan RT 05 RW 11 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Lokasi pura ini berada di selatan Masjid Mujahidin ± 180 meter, atau tepat berada di tepi sungai Jenes. Pura Indra Prasta dibangun pada tahun 1986.
Sebagian material untuk mendirikan Pura Indra Prasta ini diperoleh dari sisa pembangunan Pura Bhuwana Agung Saraswati yang berada di lingkungan Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Masjid Agung Surakarta terletak di sebelah utara Pasar Klewer, atau tepat berada di sisi barat alun-alun lor Keraton Kasunanan Surakarta.
Masjid yang memiliki arsitektur Jawa kuno ini merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Merupakan bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta, Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi.
Masjid ini dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota).
Astana Oetara adalah sebuah kompleks pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta keluarga, kerabat dan para abdi dalemnya yagn berada di Kampung Nayu, Banjarsari, Kota Solo.
Makam ini sudah ada sejak tahun 1928 ketika jenazah Mangkunegara VI dibaringkan di pemakaman ini. Ir. Soekarno yang kelak merupakan Presiden Pertama Republik Indonesia disebut-sebut sebagai arsitek Astana Oetara.
KGPAA Mangkunegara VI adalah putra keempat Mangkunegara IV. Gelar Kanjeng Pangeran Arya (KPA) Dhayaningrat disandangnya saat berusia 17 tahun.
Setelah dikukuhkan sebagai punguasa Mangkunegaran untuk menggantikan kakaknya Mangkunegara V, KPA Dhayaningrat menyandang gelar KGPAA Mangkunegara VI, yang menurut tradisi keraton seharusnya jatuh kepada putra Mangkunegara V.
Berlokasi di Jl. Dr. Radjiman No. 565 Laweyan, Solo, Langgar Merdeka merupakan salah satu ikon penanda menuju Kampung Batik Laweyan. Langgar yang berarti mushala kecil ini berdiri di tanah wakaf seluas 179 meter persegi.
Pembangunan Langgar Merdeka dimulai pada tahun 1942 dan selesai pada tanggal 26 Februari 1946 yang kemudian diresmikan oleh Menteri Sosial pertama Indonesia, Mulyadi Joyo Martono.
Bangunan Langgar Merdeka sebelumnya adalah bangunan rumah toko milik warga keturunan Tiongkok yang dipakai untuk berjualan candu (ganja).
Kemudian bangunan ini dibeli oleh H. Imam Mashadi yang lantas beralih fungsi. Terlihat pada dinding luar atas tulisan tanggal pendirian bangunan aslinya, yaitu pada 7 Juli 1877.