Awas! Lembaga Keuangan Rentan Alami Serangan Siber, Ini Penyebabnya

Sektor keuangan dan perbankan di Indonesia merupakan industri yang menempati peringkat kedua terbanyak yang mengalami serangan siber, naik dari posisi tiga pada tahun 2021

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 25 Agustus 2022 | 10:00 WIB
Awas! Lembaga Keuangan Rentan Alami Serangan Siber, Ini Penyebabnya
Ilustrasi peretas sedang melancarkan serangan siber. Sektor keuangan dan perbankan di Indonesia merupakan industri yang menempati peringkat kedua terbanyak yang mengalami serangan siber, naik dari posisi tiga pada tahun 2021. [Shutterstock]

SuaraSurakarta.id - Check Point Software Technologies selaku penyedia solusi keamanan siber global mengungkapkan, sektor keuangan dan perbankan di Indonesia merupakan industri yang menempati peringkat kedua terbanyak yang mengalami serangan siber, naik dari posisi tiga pada tahun 2021. 

Rata-rata, lembaga-lembaga keuangan di Indonesia mengalami serangan 2.730 kali per minggu dalam enam bulan terakhir, atau 252 persen lebih banyak dari rata-rata global yang mengalami 1.083 serangan siber. Secara global, sektor keuangan dan perbankan menempati urutan ke-6 dalam industri yang paling banyak mengalami serangan siber.

"Tingginya tingkat serangan siber di Indonesia dibandingkan dengan statistik global menunjukkan para penyerang keamanan siber lebih sukses melakukan serangan siber di negara ini," kata Deon Oswari, Country Manager Indonesia, Check Point Software Technologies dikutip dari ANTARA pada Kamis (25/8/2022). 

"Ketika penyerang menemukan cara untuk mengelabui pengguna atau mengkompromikan sistem, mereka akan memperluas operasi mereka dengan cepat untuk memanfaatkan kerentanan sebelum industri tersebut dapat bereaksi," kata Deon Oswari.

Baca Juga:APJII Dukung Pemerataan Layanan Telekomunikasi

Untuk kasus di Indonesia, kata Deon, Check Point Research melihat adanya peningkatan serangan pada platform dan aplikasi mobile banking.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi industri perbankan untuk waspada dan meninjau ulang sistem keamanan siber mereka. Semakin banyak Anda mengetahui tentang ancaman siber dan risiko di luar sana, semakin baik perusahaan-perusahaan FSI ( financial services sector) tersebut menempati posisi untuk dapat mengambil tindakan dan menerapkan kontrol," ucap Deon.

Pada awal tahun ini, Bank Indonesia mengumumkan bahwa jaringan mereka terkena serangan ransomware. Pelaku ancaman mencuri data non-kritis mengenai karyawan bank sebelum mengenkripsi sistem. Kelompok hacker Conti Ransomware mengklaim serangan tersebut setelah membocorkan sebagian file yang diduga telah dicuri.

Agar ransomware bekerja, penjahat siber pertama-tama perlu mendapatkan akses menuju sistem target, mengenkripsi file, dan kemudian meminta tebusan dari korban.

Salah satu cara untuk menyusup ke sistem adalah melalui email phishing -- salah satu mekanisme pengiriman paling umum untuk ransomware. Faktanya, Check Point Research menemukan bahwa 92 persen file berbahaya di Indonesia dikirim melalui email dalam 30 hari terakhir.

Baca Juga:Google News Initiative Kembangkan Startup Media Digital di Indonesia

Maka, yang diperlukan penjahat siber untuk menyerang hanyalah satu karyawan yang kurang memiliki informasi mengklik tautan di email berbahaya tersebut, dan hal itu dapat menjadikan seluruh asset digital perusahaan tersandera.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini