Awas! Varian Baru COVID-19 Sudah Menyebar, Virus Omicron Sudah Sampai Eropa

Virus Omicron wajib diantisipasi, jika tidak ingin menyebar luas di Indonesia seperti varian Delta yang sebelumnya

Budi Arista Romadhoni
Senin, 29 November 2021 | 06:15 WIB
Awas! Varian Baru COVID-19 Sudah Menyebar, Virus Omicron Sudah Sampai Eropa
Ilustrasi - Jarum suntik medis dan botol terlihat di depan teks Omicron (B.1.1.529): SARS-CoV-2 di latar belakang. Virus Omicorn wajib diantisipasi, jika tidak ingin menyebar luas di Indonesia seperti varian Delta yang sebelumnya . [ANTARA/Pavlo Gonchar/SOPA Images via Reuters]

SuaraSurakarta.id - Penyebaran varian baru COVID-19 patut diantisipasi di Indonesia. Pasalnya, varian yang diberi nama virus Omicron itu telah menyebar di negara-negara di Eropa seperti Prancis dan Austria. 

Mutasi varian virus Omicron disebut-sebut lebih cepat daripada yang terdahulu yaitu varian Delta. 

Austria telah mendeteksi  kasus  virus corona yang pertama kali diduga varian Omicron di Tirol, kata pihak berwenang di wilayah pegunungan itu pada Sabtu malam (27/11/2021).

Seorang pelancong yang kembali dari Afrika Selatan minggu lalu dinyatakan positif COVID-19 dengan indikasi varian baru, meskipun konfirmasi memerlukan pengurutan lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, kata otoritas Tirol dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:Australia Umumkan 2 Penumpang Pesawat dari Afrika Positif Covid Varian Omicron

Pengujian awal oleh Institute of Virology di Innsbruck telah memicu "kecurigaan nyata" hasil tes usap PCR positif dari individu di distrik Schwaz Tirol itu dapat berhubungan dengan kasus Omicron, kata pihak berwenang.

Sampel tersebut akan dikirim ke Badan Kesehatan dan Keamanan Makanan Austria (AGES) untuk pengujian lebih lanjut.

"Hasil dari AGES diharapkan keluar dalam beberapa hari mendatang," kata kepala staf operasi penanganan corona wilayah Tirol, Elmar Rizzoli, dalam sebuah pernyataan.

"Orang yang terdampak itu, menurut pernyataannya sendiri dan pengetahuan saat ini, tinggal di rumah sejak kembali dari perjalanan tiga hari lalu dan saat ini tidak menunjukkan gejala."

Sebagai tindakan pencegahan, pihak berwenang meminta pengujian lebih lanjut oleh individu yang telah memasuki Austria dalam 14 hari terakhir dari negara-negara di Afrika bagian selatan.

Baca Juga:Terungkap, Ternyata Ini Alasan WHO Kasih Nama Virus Corona Varian Baru Omicron

Penemuan varian Omicron di Afrika Selatan telah memicu kekhawatiran global, dengan gelombang larangan atau pembatasan perjalanan dan aksi jual di pasar keuangan di tengah kekhawatiran investor bahwa hal itu dapat menghambat pemulihan dari pandemi.

Kasus akibat varian Omicron juga telah terdeteksi di beberapa negara Eropa, termasuk Italia dan Jerman.

Austria memberlakukan lockdown nasional keempatnya sejak Senin (22/11) dan menjadi negara Eropa barat pertama yang kembali menerapkan tindakan  itu di musim gugur ini karena melonjaknya infeksi COVID-19.

Virus menyebar di Prancis

Virus corona varian Omicron kemungkinan telah menyebar di Prancis dan pemerintah memperketat aturan pembatasan untuk menahan penyebarannya, kata Menteri Kesehatan Olivier Veran pada Minggu.

Omicron berpotensi lebih menular daripada varian sebelumnya, meskipun para ahli belum tahu apakah varian itu akan menyebabkan COVID-19 yang lebih atau kurang parah dibandingkan varian lainnya.

"Belum ada identifikasi, tetapi ini hanya soal waktu. Begitu varian ini beredar di Inggris, di Italia, di Belgia, kemungkinan sudah ada kasus yang beredar di sini. Kami akan mengidentifikasi mereka dan kami akan memperlambat penyebarannya sebanyak mungkin," ujar Veran kepada reporter di sebuah pusat vaksinasi di Paris.

Prancis tengah menghadapi gelombang kelima virus corona. Negara Eropa itu mencatat lebih dari 37.000 kasus positif pada Sabtu (27/11) dan peningkatan tajam jumlah pasien yang dirawat secara intensif.

Menurut laporan AFP, Kementerian Kesehatan Prancis merekomendasikan untuk mengisolasi setiap kontak yang berisiko menjadi kasus atau kasus yang dikonfirmasi dari varian Omicron, bahkan termasuk mereka yang telah divaksin.

Rekomendasi yang dikirim ke perusahaan dan profesional kesehatan itu menyebut orang-orang dalam kelompok tersebut harus dianggap "berisiko tinggi" dan dikarantina.

Sampai saat ini, kasus kontak dari orang yang terinfeksi harus diisolasi hanya ketika mereka tidak sepenuhnya divaksin atau ketika mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini