Intelijen Amerika Serikat Sebut Asal-usul Virus Corona Mungkin Tak Bisa Diketahui

Intelijen Amerika Serikat membuka data-data soal asal-usul virus corona, tidak ada fakta sebagai senjata biologis

Budi Arista Romadhoni
Senin, 01 November 2021 | 10:46 WIB
Intelijen Amerika Serikat Sebut Asal-usul Virus Corona Mungkin Tak Bisa Diketahui
Ilustrasi Covid-19 Intelijen Amerika Serikat membuka data-data soal asal-usul virus corona, tidak ada fakta sebagai senjata biologis. [Foto: Antara]

Laporan ini juga menyatakan bahwa pemerintah China tidak menyadari keberadaan virus tersebut sebelum infeksi Covid-19 meluas di Kota Wuhan, pada akhir 2019.

Namun laporan yang sama juga berkata China terus berusaha menghalang-halangi investigasi global dan menolak berbagi informasi tentangnya.

Pemerintah China sebelumnya menghubungkan kasus-kasus penularan awal Covid-19 dengan pasar makanan laut di Wuhan, yang membuat para ilmuwan berteori virus tersebut awalnya ditularkan kepada manusia melalui hewan.

Namun di awal tahun ini, laporan dari media-media AS menyatakan adanya bukti-bukti bahwa virus itu muncul dari laboratorium Wuhan, kemungkinan karena kebocoran tak disengaja.

Baca Juga:Selamat! 29 Kelurahan di Depok Catat Nol Kasus Covid-19

Di bulan Mei, Presiden Biden memerintahkan kantor-kantor intelijen untuk menginvestigasi asal-usul virus, termasuk teori kebocoran lab, yang kemudian ditolak oleh China.

Menanggapi laporan intelijen ini, kedutaan besar China di Washington berkata melalui pernyataan tertulis kepada Reuters: "Langkah AS mengandalkan aparat intelijennya untuk menelusuri asal-usul Covid-19 adalah sebuah lelucon politik.

"Kami telah mendukung upaya-upaya berbasis sains dalam penelusuran asal-usul virus, dan akan terus terlibat secara aktif. Karena itu, kami dengan tegas menentang upaya untuk mempolitisasi masalah ini."

Sekitar 240 juta kasus Covid-19 telah dikonfirmasi di seluruh dunia, dengan angka kematian akibat virus ini mencapai 4,9 juta kasus.

Baca Juga:Kuartal Ketiga, Astra Mengalami Peningkatan Penjualan Mobil 79 Persen, dan Motor 26 Persen

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak