Sukses Bangun Bukalapak, Pria Asal Sragen Jadi Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia

Berawal menjadi IT dan akhirnya membangun Bukalapak, pria asal Sragen ini jadi sala satu orang terkaya di Indonesia

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 10 Agustus 2021 | 10:20 WIB
Sukses Bangun Bukalapak, Pria Asal Sragen Jadi Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia
Pendiri & CEO Bukalapak.com Achmad Zaky. [blog.bukalapak.com]

SuaraSurakarta.id - Pria asal Masaran Sragen Jawa Tengah mendadak menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia adalah Achmad Zaky salah satu pendiri situs Bukalapak

Pria berusia 34 tahun itu memiliki total kekayaan mencapai Rp4,7 triliun berkat IPO Bukalapak.

Perusahaan dengan kode saham BUKA itu baru saja mengukir sejarah sebagai unicorn pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menyadur dari Solopos.com, Minggu (8/8/2021), dalam debut perdananya, saham Bukalapak melesat hingga menyentuh level Rp 1.060 per saham atau naik 24,71% dari harga perdana Rp 850 per saham. Kenaikan yang signifikan ini membuatnya terkena penolakan otomatis atau auto rejection.

Baca Juga:Keluarga Sultan, Ini Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia 2021

Dikutip dari Forbes, Minggu (8/8.2021), Zaky mengundurkan diri dari CEO Bukalapak pada awal tahun lalu. Ia memiliki kekayaan bersih sekitar US$ 330 juta atau setara dengan Rp 4,71 triliun (asumsi kurs Rp 14.300). Kekayaan tersebut berasal dari 4,3% sahamnya di perusahaan tersebut.

Achmad Zaky merupakan salah satu founder alias pendiri situs Bukalapak.

Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 itu  itu mendirikan situs e-commerce Bukalapak pada 2010 bersama kedua temannya, Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono.

Jabatan CEO Bukalapak akan berpindah dari Achmad Zaky (kiri) kepada Rachmat Kaimuddin (kanan). [Antara/Dok Bukalapak]
Jabatan CEO Bukalapak akan berpindah dari Achmad Zaky (kiri) kepada Rachmat Kaimuddin (kanan). [Antara/Dok Bukalapak]

Tak disangka, Bukalapak ternyata dibangun dengan modal Rp80.000.

Zaky mengatakan uang Rp80.000 itu dipakai untuk membeli alamat situs web yang dipakai Bukalapak sampai sekarang. Kesuksesan Zaky sebagai CEO Bukalapak bukanlah perkara yang mudah diraih.

Baca Juga:Daftar 10 Orang Kaya Raya Indonesia 2021, Penyumbang Rp 2 T Akidi Tio Tak Masuk Daftar

Bermodal  pengalaman membangun sistem IT di berbagai perusahaan besar, dia kemudian berpikir membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi orang banyak dengan merintis Bukalapak.

Code base Bukalapak diselesaikan dalam waktu dua bulan. Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mall untuk bergabung di Bukalapak.

Tetapi, respon yang diberikan oleh mereka sangat kecil. Klien pertama yang ia dapat justru dari pedagang kecil.

Habis Modal

Pada 2011 lalu dia sempat putus asa karena kehabisan modal. Apalagi calon mertuanya juga tidak yakin jika Bukalapak memberikan penghasilan yang labil.

Meski demikian, calon triliuner asal Sragen itu tidak tega melihat ribuan UMKM yang bergantung pada platform tersebut. Dia pun akhirnya menempuh berbagai cara untuk mengembangkan bisnis e-commerce di Indonesia.

Perjuangan Zaky dan teman-temannya pun berhasil hingga Bukalapak menjadi unicorn atau startup dengan valuasi US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun (kurs Rp14.000) pada 2018.

Zaky menempati posisi Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak sejak berdiri hingga akhir tahun 2019. Posisinya kemudian digantikan oleh Rachmat Kaimuddin.

Sebelum merintis situs Bukalapak, Zaky mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernaama Suitmedia. Dia juga sempat mencoba usaha kuliner mi ayam, namun bangkrut.

Dikutip dari Wikipedia, Selasa (13/7/2021), calon triliuner asal Sragen ini mengenal dunia teknologi sejak SD. Sejak kecil dia tumbuh bersama komputer dan buku-buku yang berhubungan dengan pemrograman

Pada tahun 2004, Achmad Zaky melanjutkan studinya di jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung. Zaky sempat meraih beasiswa studi ke Oregon State University dari pemerintah Amerika Serikat selama dua bulan pada tahun 2008. Selain itu, ia juga pernah mewakili ITB dalam ajang Harvard National Model United Nations 2009.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak