Ngeri, Mutasi Covid-19 di Afrika Selatan Berisiko Pengaruhi Kerja Vaksin

Jenis Covid-19 dari Afrika Selatan yang ditemukan pada pertengahan Desember itu dinamakan 501.V2.

Risna Halidi | Lilis Varwati
Senin, 04 Januari 2021 | 14:08 WIB
Ngeri, Mutasi Covid-19 di Afrika Selatan Berisiko Pengaruhi Kerja Vaksin
Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)

SuaraSurakarta.id - Berita mutasi Covid-19 bukan lagi omong kosong. Diketahui, telah ditemukan strain Covid-19 baru pada pertengahan Desember yang dinamakan 501.V2 di Afrika Selatan.

Hal tersebut menuai banyak perbincangan di dunia internasional termasuk seorang Regius Profesor Kedokteran dari Universitas Oxford bernama Sir John Bell .

Sir Jogn Bell mengaku merasa khawatir mutasi virus corona SARS Cov-2 di Afrika Selatan akan memengaruhi efektivitas vaksin yang saat ini tengah dikembangkan.

Menurutnya, varian virus Covid-19 di Afrika Selatan lebih memprihatinkan daripada strain Kent dari Inggris Tenggara karena kemampuanya untuk menular lebih cepat.

Baca Juga:Mawar AFI Akui Positif Terinfeksi Covid-19

Profesor Sir John juga yakin bahwa strain Afrika Selatan sudah ada di Inggris, meski pada tingkat yang sangat rendah, katanya kepada Times Radio.

Jenis Covid-19 dari Afrika Selatan yang ditemukan pada pertengahan Desember itu dinamakan 501.V2.

Para ahli menekankan tidak ada bukti jenis baru bahwa virus ini lebih mematikan, tetapi jumlah orang yang dites positif Covid-19 meningkat tiga kali lipat dalam tiga minggu di Afrika Selatan. 

Sir John menekankan bahwa belum ada jawaban pasti, apakah vaksin Pfizer dan Oxford akan bekerja pada varian virus corona Afrika Selatan atau tidak.

Meski begitu, menurutnya, vaksin baru dapat dibuat dalam waktu empat hingga enam minggu jika vaksin yang telah ada saat ini tidak berfungsi pada varian baru tersebut.

Baca Juga:Wisatawan Penuhi Wisata MBS, Jumlah Capai Ribuan Pengunjung Dalam Sehari

Ketika ditanya varian virus mana yang lebih dia khawatirkan, Sir John menjawab  varian Afrika Selatan dengan beberapa margin. Menurutnya, mutasi dalam bentuk Afrika Selatan adalah perubahan yang cukup substansial.

"Tidak ada data (apakah lebih berbahaya), yang pasti lebih menular. Orang Afrika Selatan jelas kesulitan mengatasinya meskipun mereka tidak dapat memberikan data apa pun kepada kami saat ini," katanya dikutip dari Mirror.

Sir John mengatakan tim di Oxford sekarang sedang melihat bagaimana vaksin dapat menangani varian yang berbeda itu.

"Masih ada penelitian yang harus dilakukan, tetapi jika Anda bertanya firasat saya, saya pikir vaksin itu akan efektif melawan strain Kent dan saya tidak tahu tentang strain Afrika Selatan. Saya pikir ada tanda tanya besar di atas itu," ucapnya.

Meski begitu, Sir John meyakini mutasi virus tidak mungkin akan mematikan efek vaksin sepenuhnya. 

"Saya pikir Anda masih akan memiliki efek residu, jadi pertanyaannya apakah kita dapat membuatnya bekerja. Jika kami tidak bisa (memastikan), sangat mungkin membuat vaksin baru dan itu tidak akan memakan waktu satu tahun," tuturnya.

Ketidakpastiaan itu, lanjut Sir John, lantaran para peneliti juga dihadapkan pada banyaknya mutasi virus yang terjadi. Ia menekankan agar publik harus tetap tenang dan meyakini akan baik-baik saja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini