Ronald Seger Prabowo
Senin, 08 September 2025 | 14:30 WIB
Presiden Direktur PT Indaco Warna Dunia, Iwan Adranacus saat menyampaikan proses tumbuhkembangnya Indaco di Pabriknya di Desa Pulosari, Kebakkramat, Karanganyar. [Dok Pribadi]

SuaraSurakarta.id - PT Indaco Warna Dunia terus eksis mewarnai interior dan eksterior masyarakat Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, 5 Desember 2025 nanti, perusahaan cat yang berbasis di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar genap berusia 20 tahun.

Selama itu pula, INDACO memegang komitmen sebagai perusahaan ramah lingkungan, yang juga mengkonsep produknya sebagai produk ramah lingkungan.

Dan semuanya tak lepas dari pemikiran Iwan Adranacus, Presiden Direktur INDACO.

Belum lama ini, Iwan Adranacus bercerita banyak hal tentang perusahaan yang didirikannya. Perusahaan yang sejak awal didedikasikan untuk Indonesia, sebagai perusahaan karya anak bangsa tanpa lisensi asing.

Ditemui di kawasan pabrik INDACO di Desa Pulosari, Kecamatan Kebakkramat, pria kelahiran 27 Maret 1978 bercerita, bahwa berdirinya INDACO diawali dari sebuah pabrik kecil di kawasan Kadipiro, Solo, yang menempati bangunan bekas pabrik roti.

"Lokasi itu saya kontrak, setelah saya memutuskan pindah dari Jakarta ke Solo," kata Iwan.

Ya, sebelum mendirikan INDACO, yang merupakan singkatan dari Indonesian Company pada akhir 2005, Iwan sudah mendirikan pabrik cat di Jakarta bersama kawannya.

Pabrik berskala kecil yang didirikan pada tahun 2004 itu memproduksi cat tanpa merek dan fokus penjualan ke industri.

Baca Juga: Warna Sebagai Katalis: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Setiap Sudut Ruangan

Selama setahun hingga awal 2005, penjualan cat dari pabrik yang didirikan dengan modal patungan itu cukup bagus dan signifikan. Melihat usaha joinan itu berkembang, Iwan ingin membesarkan lini usaha dan produknya bisa masuk ke pasar ritel.

"Saya berpikir, industri cat ini bagus dan prospektif. Perusahaan kami tumbuh dengan cepat, maka harus bisa masuk pasar ritel dengan membangun brand. Tapi kalau mau mengembangkan merek, harus cari lokasi pabrik yang bagus, agar bisa menjangkau pasar ritel yang luas di indonesia," ujar Iwan.

Hingga Iwan pun memutuskan pindah ke Solo, karena kota ini dinilai strategis untuk menjangkau pemasaran yang lebih luas.

"Saat itu, Solo jadi pertimbangan karena ada road map dari pemerintah soal pembangunan infrastruktur. Solo akan jadi tempat pertemuan jalur tol Transjawa yang akan dibangun pemerintah," ungkapnya.

Berbekal optimisme bahwa Solo akan berkembang menjadi titik strategis, Iwan pun melangkah. Dia boyongan ke Solo.

"September 2005 saya boyongan ke Solo. Langsung gerak cepat, dua bulanan cari kontrakan. Dapat lokasi di bekas pabrik roti di Kadipiro itu. Di Jalan Kelud Barat kalau gak salah. Langsung pasang mesin, pengadaan bahan baku dan bahan pendukung. Gudang, tempat produksi, kantor, jadi satu. 5 Desember 2005 langsung tayang," tuturnya.

Load More