Budi Arista Romadhoni
Senin, 15 Desember 2025 | 14:54 WIB
Gusti Hangabehi dan Gusti Timoer saat bertemu sambil bertatap muka di Balai Kota Solo. (Suara.com/Ari Welianto)
Baca 10 detik
  • Ketegangan internal Keraton Surakarta mereda setelah PB XIV Hangabehi bertemu GKR Panembahan Timoer di Balai Kota Solo, Senin (15/12/2025).
  • Pertemuan mediasi tersebut diinisiasi Pemerintah Kota Solo untuk menjaga stabilitas keraton sebagai cagar budaya penting.
  • GKR Timoer menegaskan pengakuan Hangabehi sebagai adik, mengindikasikan pemulihan hubungan persaudaraan mereka.

SuaraSurakarta.id - Suasana tegang yang menyelimuti internal Keraton Surakarta Hadiningrat pasca wafatnya Paku Buwono (PB) XIII mulai mencair.

Momen adem tercipta saat sang penerus takhta, PB XIV Hangabehi, akhirnya bertemu dan bersalaman dengan kakak perempuannya, GKR Panembahan Timoer Rumbay, di Balai Kota Solo, Senin (15/12/2025).

Pertemuan ini menjadi sangat krusial karena diinisiasi langsung oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang turun tangan sebagai juru damai. Forkopimda Kota Solo hingga Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X DIY-Jateng turut hadir, menandakan keseriusan pemerintah dalam menjaga stabilitas dan marwah keraton sebagai cagar budaya.

Pantauan Suara.com di lokasi, ketegangan awal sempat terasa. PB XIV Hangabehi tiba lebih dulu dan duduk di sisi timur, sementara GKR Timoer bersama GKR Devi Lelyana Dewi tiba sesaat kemudian dan mengambil posisi duduk di sisi barat, saling berhadapan. Rapat mediasi pun berlangsung tertutup.

Momen puncak yang ditunggu-tunggu terjadi usai pertemuan. GKR Timoer berinisiatif menghampiri adiknya, Hangabehi. Ia langsung menyalami sang adik sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan hangat. Keduanya tampak saling bertatap muka dan terlibat dalam perbincangan singkat yang penuh makna.

Di hadapan Kapolresta Solo Kombes Pol Catur Wahyu Wibowo dan Sekda Solo Budi Murtono yang menjadi saksi, GKR Timoer dengan tegas mengakui Hangabehi sebagai adiknya, sebuah penegasan yang disambut lega oleh semua yang hadir.

"Kan ini adik saya. Sudah cekeli ngene, alhamdulillah," ujar Gusti Timoer. Pernyataan spontan itu langsung disambut tepuk tangan dari para pejabat yang hadir, menandakan pecahnya kebekuan komunikasi di antara keduanya.

Gusti Timoer kembali menegaskan bahwa ikatan persaudaraan mereka tidak akan pernah putus oleh dinamika internal keraton. Ia juga menyatakan keterbukaannya untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan sang adik.

"Oh, kita tetap saudara. Itu tetap adik saya," terangnya. "Saya hanya ingin kalau beliaunya ingin berbicara dengan kami, dengan saya. Saya persilahkan, itu saja. Saya selalu terbuka."

Baca Juga: Mitra dan Yayasan SPPG Harus Peduli dan Membantu Sekolah Penerima Manfaat MBG

Sementara itu, PB XIV Hangabehi menyambut baik gestur dari kakaknya. Ia membenarkan momen salaman tersebut terjadi atas kesadaran bersama tanpa ada yang memulai lebih dulu.

"Iya. Nggak ada yang nyamperin duluan. Sama-sama saling bertatap muka, ya baiknya seperti apa," kata Hangabehi.

Meskipun ia menyebut tidak ada obrolan spesifik, Hangabehi menganggapnya sebagai perbincangan wajar antara seorang adik dan kakak. Lebih penting lagi, ia menyadari vitalnya silaturahmi untuk masa depan keraton.

"Yang diobrolkan nggak sih. Cuma beliau berbincang-bincang biasa, mbakyu dan adik gitu aja," tandasnya. "Iya, silahturahmi penting itu. Nanti kita usahakanlah untuk ada titik temu yang lainnya."

Kontributor : Ari Welianto

Load More