SuaraSurakarta.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat meme gambar Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 Jokowi 'berciuman'.
Meme tersebut pun beredar di akun media sosial (medsos) miliknya pada Maret kemarin.
Jokowi menganggap jika meme tersebut sudah kebablasan dan kebangetan meski itu bentuk demokrasi di era digital.
"Ya itu berdemokrasi di era digital. Tapi menurut saya sudah kebablasan, sudah kebangetan," terangnya, Rabu (14/5/2025).
Meski demikian Jokowi mendukung langkah dari istananya yang menyarankan agar mahasiswa yang membuat meme itu dibina saja.
"Ya itu baik-baik saja lah. Untuk pembelajaran kita semua. (Lebih setuju dibina) Iya," ungkap dia.
Menurutnya tapi itu untuk peringatan bagi semuanya. Jangan demokrasi itu diartikan bebas dan tidak ada batasnya.
"Tapi untuk peringatan, bahwa itu sudah seperti menjadi peringatan kita semua. Jangan demokrasi diartikan apa-apa boleh, ada batasnya," katanya.
Jokowi mengaku tidak rencana untuk membawa masalah ke pidana. Karena sudah diproses dan ditangani oleh pemerintah.
Baca Juga: Gugatan Wanprestasi Mobil Esemka, Penggugat Bakal Tawarkan Perdamaian?
"Oh ndak (dibawa ke ranah pidana), kan sudah diputuskan oleh pemerintah bahwa akan dibina terlebih dahulu," tandas dia.
Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi menanggapi penangkapan terhadap mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berinisial SSS karena mengunggah sebuah meme di media sosial.
Meme tersebut menampilkan gambar rekayasa Presiden Ketujuh Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto yang sedang berciuman.
Dia menjelaskan bahwa pemerintah menyerahkan upaya penegakan hukum kepada pihak kepolisian, tetapi dia menilai sikap anak muda, termasuk SSS seharusnya ditanggapi dengan pembinaan.
"Itu kalau anak muda ya mungkin ada semangat-semangat yang terlanjur ya mungkin lebih baik dibina ya, karena masih sangat muda, bisa dibina bukan dihukum gitu," kata Hasan di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 10 Mei 2025.
Dia berharap mahasiswa yang bersemangat dalam mengekspresikan kritiknya bisa dibina dan diberi pemahaman agar caranya bisa lebih baik, bukan dengan cara diberi hukuman.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Duh! Libur Nataru Museum Keraton Solo Masih Digembok
-
10 Tempat Wisata Wonogiri yang Lagi Viral untuk Libur Akhir Tahun 2025
-
7 Angkringan Legendaris di Solo: Murah, Kenyang, dan Penuh Kenangan!
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung