SuaraSurakarta.id - Saat ini akses terhadap teknologi bantu (assistive technology) layak mendapat perhatian lebih besar daripada sebelumnya.
Bahkan, akses terhadap assistive technology yang tepat dan berkualitas menjadi pembeda antara memungkinkan atau tidaknya terhadap pendidikan bagi seorang anak.
Lalu partisipasi dalam kesempatan kerja bagi orang dewasa, atau kesempatan mempertahankan kemandirian dan menua dengan bermartabat bagi orang yang lebih tua.
Peningkatan akses terhadap assistive technology dengan memberdayakan dari individu, masyarakat, dan komunitas merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas (Rights of Persons with Disabilities) dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs).
Baca Juga: Pelatihan Bisnis Daring Bantu Kembangkan Usaha Komunitas Difabel Kota Solo
Sederhananya, assistive technology dengan assistive product adalah pengubah kehidupan. Pertama kalinya, laporan global tentang assistive technology yang menggambarkan kebutuhan, akses, dan kesiapan negara-negara dalam mendukung assistive technology.
Lebih dari 2,5 miliar orang membutuhkan satu atau lebih produk bantu (assistive product), dan diperkirakan pasar ini akan tumbuh menjadi lebih dari 3,5 miliar pada tahun 2030 seiring bertambahnya usia populasi global.
Di Indonesia, ada 23 juta menyandang disabilitas dan membutuhkan assistive technology untuk berpartisipasi penuh dalam bermasyarakat dan menjalani kehidupan yang bermartabat.
Laporan ini juga menampilkan banyak cerita yang menggambarkan dampak mendalam yang ditimbulkan dari penggunaan assistive product seperti kacamata, alat bantu dengar, perangkat komunikasi, alat bantu berjalan, dan kursi roda terhadap kehidupan orang-orang.
Ada juga bukti bahwa pengembalian terhadap nilai ekonomi dan sosial atas investasi dalam assistive technology.
Baca Juga: Ahmad Luthfi: Jateng Percontohan Unit Layanan Disabilitas Nasional
Namun, terlepas dari manfaat, banyak orang tidak memiliki akses ke assistive technology, dan nahasnya kesenjangan terbesar ini terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti halnya di negara Indonesia.
Berita Terkait
-
Wakaf Al-Quran Braille: Upaya Dorong Pendidikan Spiritual Inklusif Bagi Komunitas Disabilitas
-
Potret Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas di Indonesia, Menagih Hak untuk Setara
-
Kolaborasi Seni dan Fashion di Bulan Ramadhan: Hadirkan Scarf hingga Mug Karya Seniman Disabilitas
-
Gus Ipul Bantah Anggaran Komisi Disabilitas Dipangkas Jadi Rp 500 Juta: Itu Hoaks!
-
Anggaran KND Dipangkas Jadi Rp500 Juta: Efisiensi atau Diskriminasi Disabilitas?
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
Terkini
-
Buntut Ajudan Tempeleng Wartawan, Muncul Gerakan Boikot Acara Kapolri di Solo
-
Langkah Terbuka Gusti Bhre: Syawalan Mangkunegaran untuk Pertama Kalinya Libatkan Masyarakat
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
Momen KGPAA Mangkunegara X Temui Warga di Tradisi Syawalan Pura Mangkunegaran
-
Panen Raya di Sukoharjo, Ahmad Luthfi: Jateng Kantongi 4,09 Juta Ton Padi