Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 16 September 2024 | 18:29 WIB
Warga saat berebut gunungan di grebeg maulud Keraton Solo, Senin (16/9/2024). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Dua pasang gunungan, dua jaler dan dua estri habis dalam sekejap pada Grebeg Maulud dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW 2024 di Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo, Senin (16/9/2024).

Dalam gunungan tersebut isinya berbagai macam, gunungan jaler berisi hasil bumi, seperti kacang panjang, wortel, telur asin, telur ayam dan yang lainnya. Sedangkan gunungan estri berisi rengginang, intip dan yang lainnya.

Sepasang gunungan jadi rebutan saat di Masjid Agung Solo, sedangkan sepasang gunungan habis saat berada di depan Kori Kamandungan.

Dalam kirab gunungan tersebut dimulai Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan melintasi sitinggil lor. Kemudian menuju Pagelaran dan alun-alun lor menuju Masjid Agung Surakarta.

Baca Juga: Keributan Pecah di Sekaten! Tabuh Gamelan Berujung Adu Pukul Kubu LDA vs Raja Keraton Solo

Tiba di Masjid Agung diterima dan didoakan oleh Penghulu Tafsir Anom Masjid Agung Solo, KRAT Muhtarom Pujonagoro.

Namun sebelum doa dibacakan, warga yang sudah menunggu langsung berebut sepasang gunungan. Merela rela berebut dan berdesakan untuk mengambil hasil bumi. 

Pada perayaan tahun ini, Mantu Dalem Sinuhun PB XIII KRA Baruno Aji Diningrat ditunjuk sebagai Utusan Dalem memimpin iring-iringan rombongan keraton dari Kamandungan Keraton Kasunanan menuju Masjid Agung.

"Tadi dapat nasi dari abdi dalem yang dibawa ke Masjid Agung. Langsung dimakan tadi sama anak, tadi juga dapat buah dan sayuran," ujar salah seorang warga, Sami (77) saat ditemui, Senin (16/9/2024).

Sami, yang berasal dari Jatisrono, Wonogiri selalu datang setiap grebeg sekaten meski berasal dari Wonogiri. Sudah dari dulu sejak masih remaja selalu datang.

Baca Juga: Pasar Malam Sekaten Jadi Polemik: Raja Keraton Solo vs Event Organizer, Siapa yang Salah?

"Tadi dari rumah jam 8, datang sama anak dan cucu. Selalu datang sejak masih muda. Cari berkah dari grebeg maulud ini," katanya.

Senada juga disampaikan warga lain, Madiman (72) yang juga selalu datang setiap grebeg maulud ini. Ia pun dapat berbagai macam dari gununga , seperti cabai merah, bilah bambu, dan semacam tape ketan.

"Biasanya tak simpan biar dapat berkah dan barokah. Kalau bilah bambu buat dijadikan pancing," sambung dia.

Penghulu Tafsir Anom Masjid Agung Solo, KRAT Muhtarom mengatakan sekatenan ini merupakan tradisi mengenang kelahiran Nabi Muhammad. Perayaaan ini sudah ada sejak era Kerajaan Demak dan diselenggarakan selama 7 hari.

"Ini sudah bagian dari budaya Keraton yang ada sejak Demak bahwa Sekaten itu dilaksanakan sepekan," terangnya saat ditemui, Senin (16/9/2024).

Menurutnya grebeg maulud ini digelar bertepatan bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad yang menjadi puncak perayaan dari Sekatenan. 

Saat proses grebeg, lanjut dia, terdapat gunungan yang berisi hasil bumi yang diarak untuk dibagikan ke masyarakat secara merata. 

"Setelah proses dari tanggal 9 kemarin, Gamelan masuk dan dibunyikan selama sepekan. Inilah hari terkahir bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad," kata dia.

Terpisah Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, Pareden Garebeg Mulud Tahun JE 1958 diadakan atas perintah PB XIII dan dibiayai secara utuh oleh PB XIII.

"Jadi PB XIII memberikan pasang gunungan (2 putri, 2 laki-laki), berikut dengan isi dari kotak camtoko (gunungan)," jelasnya.

Gusti Dipo menambahkan PB XIII, GKR Pakoe Boewono, Putra Mahkota KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, GKR Timoer Rumbai, Gusti Devi, Gusti Ratih, dan Gusti Putri Purnaningrum, dalam acara adat ini juga membagikan udig-udig di depan Pintu Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Kontributor : Ari Welianto

Load More