Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 09 September 2024 | 18:26 WIB
Pembukaan perayaan sekaten di halaman Masjid Agung Solo diwarnai aksi keributan antara kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) dengan Sinuhun Paku Buwono (PB) XIII, Senin (9/9/2024). [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Keributan hingga adu jotos terjadi dalam prosesi pembukaan perayaan sekaten di halaman Masjid Agung Solo, Senin (9/9/2024) siang.

Aksi keributan itu terjadi antara kubu Lembaga Dewan Adat (LDA) dengan Raja Keraton Solo Sinuhun Paku Buwono atau PB XIII.

Peristiwa keributan dimulai setelah gangsa alias gamelan sekaten ditabuh untuk pertama kalinya sekitar pukul 13.50 WIB.

Sesaat kemudian, Kanjeng Raden Arya (KRA) Rizki Baruna Ajidiningrat yang mengenakan beskap putih mendatangi bangsa sekati tempat gamelan Kyai Guntur Madu ditabuh dengan membawa dawuh dari Sinuhun PB XIII.

Baca Juga: UEA Revitalisasi Masjid Agung dan Siti Hinggil Selatan, Bangunan Bersejarah Kini Makin Kokoh

Rizki pun mempertanyakan dan mempermasalahkan kenapa gamelan sudah ditabuh, padahal dawuh Sinuhun PB XIII masih dibawa.

Dia langsung mendorong salah satu abdi dalem, KRT Rawang yang berada tepat di depan pintu masuk Bangsal Sekati.

Kemudian Rizki diseret keluar oleh sejumlah orang. Lalu terjadi silang pendapat antar dua kubu selanjutnya terjadi aksi dorong dan memukul.

Keributan pun tak bisa dihindari. Bahkan aparat keamanan baik TNI dan Polri sampai melerai.

"Katanya menjaga paugeran, paugerannya kan dipimpin dari sana, diutus dari sana ke sini. Sesuai adat diutus dari sana dan njenengan melanggar adat, katanya mau menjaga paugeran, harusnya kan sesuai dawuh Sinuhun," ujar KRA Rizki Baruna Ajidiningrat, Senin (9/9/2024).

Baca Juga: Kalah Gugatan Pintu Kori Kamandungan, Adik Raja Keraton Solo: Kalau Bisa Baik, Kenapa Tidak?

"Dawuhnya Sinuhun sudah jelas, saya yang di dawuhkan. Di sana sudah ikut tapi kenapa dicegat di sini," katanya.

Menurutnya paugeran itu adalah utusan dalem langsung dari Sinuhun. Yang dawuh membunyikan gangsa dari pengageng parentah keraton.

"Dari pengageng parentah keraton itu mendawuhkan saya untuk membunyikan gangsa. Jangan sampai melanggar adat," sambung dia.

Sementara itu Ketua Eksekutif LDA, KPH Eddy Wirabhumi mengatakan terjadinya kejadian itu adanya miskomunikasi. Padahal sudah jelas yang diminta untuk mendawuhkan agar gamelan sekaten dibunyikan oleh Kanjeng Sinawung.

"Saya dengar sendiri yang mendawuhkan Kenjang Sinawung, lalu Kanjeng Sinawung mendawuhkan. Lalu ada yang datang dan protes, sehingga terjadi silang pendapat sebentar," jelasnya.

"Jadi ini miskomunikasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi, yang keliru siapa mungkin karena tidak tahu," lanjut dia.

Terpisah Pengageng Parentah Keraton GPH Dipokusumo mengatakan bahwa insiden tersebut hanya persoalan SOP pelaksana pembukaan Sekaten saja.

"Kalau saya itu hanya SOP saja, kan dawuh dalem standarnya mantu dalem kanjeng Raden Aryo baruno Aji Diningrat," tandasnya.

Load More