Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Selasa, 05 April 2022 | 19:11 WIB
Warga di sebuah desa di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karangannyar mengkuti festival tradisi long bumbung atau meriam dari bambu yang digelar di lapangan desa setempat, Kamis (1/4/2022) silam. [Suara.com/Budi Kusumo]

Sementara untuk masing masing peserta atau perwakilan dari kepemudaan masjid ini membawa lima hingga tiga belas long bumbung.

Beberapa peserta mengaku sangat senang dalam permainan ini. Meski sulutannya tidak berhasil membunyikan suara gelegar, namun mereka tetap suka cita karena dilakukan dengan bersama.

"Mengikuti lomba festival bumbung antar desa atau hanya di Kelurahan Gondosuli. Kita sebelumnya untuk persiapan dari Tlogo Dlingo sendiri mencari bambu sendiri, intinya tidak membeli peralatan," jelas Bes Haryanto, Warga Desa Dlingo saat berbincang dengan Suarasurakarta.id

Sementara Bes dan timnya mengaku punya trik sendiri dalam pembuatan long bumbung agar membuahkan suara yang gelegar.

Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi BUMDes, Kades Berjo Karanganyar Kembali Diperiksa Kejari

"Trik harus ada. Harusnya jangan sampai kelamaaan dalam pengisian karbit. Begitu diisi ditunggu lima puluh detik langsung dinyalain," ungkapnya.

Dari tim Tlogo Dlingo ini juga membawa 13 long bumbung. Dari bahan bambunya ini, mereka mengaku mencari sendiri di hutan bambu di daerahnya.

Long bumbung merupakan permainan tradisional dengan kearifan lokalnya yang biasa dimainkan anak anak di bulan Ramadhan tiba.

Hal tersebut dijelaskan Cak Roto, panitia festival long Bbumbung di sela- sela acara tersebut. 

Dirinya dan beberapa panitia lain sengaja melakukan acara ini untuk menghidupkan kembali tradisi long bumbung, yang beberapa tahun terkahir mulai hilang di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Didampingi Gibran dan Kaesang, Jokowi Antar Jenazah Paman ke Peristirahatan Terakhir di Karanganyar

Tujuan lainnya untuk meningkatkan semangat warga untuk menjalankan ibadah puasa.

Load More