Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 28 Oktober 2021 | 18:12 WIB
Mahasiswa UMS tengah melakukan aksi yang menuntut pembubaran Menwa. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Protes pembubaran Resimen Mahasiswa (Menwa) tidak hanya terjadi di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo saja.

Tapi juga terjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Protes ini buntut dari meninggalnya mahasiswa UMS saat mengikuti diklat Menwa.

Mahasiswa UMS bernama Nailah dari Fakultas Hukum meninggal ketika ikut kegiatan Menwa pada, April 2021 lalu.

Puluhan mahasiswa UMS pun mengelar aksi di halaman kampus UMS, Kamis (28/10/2021) siang.

Baca Juga: 26 Saksi Diperiksa, Polisi Belum Tetapkan Tersangka Kasus Meninggalnya Mahasiswa UNS Solo

Mereka menuntut pembubaran Menwa dan mengusut tuntas kasus meninggalnya seorang mahasiswa UMS saat mengikuti kegiatan Menwa.

"Kami minta bubarkan Menwa dan usut tuntas kasus meninggalnya Nailah," ujar Koordinator Aksi, Ahmad Syauqi Izzul, Kamis (28/10/2021).

Mereka juga meminta agar semua pihak yang terlibat dalam kasus diberi sanksi tegas. 

Tidak hanya itu, hapus juga senioritas dan militerisme di lingkungan kampus.

"Kami ingin pihak kampus transparan dalam kasus ini. Dari Menwa memang sudah diberi sanksi dibekukan selama satu semester dan anggaran dipotong 50 persen dan para struktural dicopot dari jabatan, itu hukuman sangat tidak setimpal dengan hilangnya nyawa," paparnya.

Baca Juga: Tragedi Menwa UNS Solo, Polisi Sebut Gilang Meninggal Sebelum Sampai di Rumah Sakit

Menurutnya, meninggalkan mahasiswa dari UMS dan UNS yang belum lama ini menjadi duka bagi semua orang yang memiliki rasa kemanusiaan.

Dua nyawa meninggal karena senioritas Menwa. Arogansi Menwa tidak bisa dianggap sepele karena selalu meminta tumbal setiap agenda tahunnya.

"Tidak hanya luka memar dan lebam, tapi juga nyawa. Itu dengan dalih penertiban kedisiplinan," sambungnya.

Teman-teman mahasiswa itu mempertanyakan kasus ini berhenti dan tidak berlanjut.

Pihak kampus tampaknya menutup-nutupi, mereka takut karena citra kampus buruk. 

"Kami atas solidaritas berdiri untuk kemanusiaan dan keadilan. Kami akan mengawal kasus itu dan juga korban-korban lain yang sengaja kasusnya dibungkam," papar dia.

Ia menceritakan, kasus yang terjadi pada Nailah terjadi pada April 2021 lalu. 

Beliau sempat dibawa ke mobil ambulance, bahkan sempat minta melanjutkan pendidikan. 

Akan tetapi saat menuju ke rumah sakit sudah meninggal.

"Ada luka-luka dan tidak di autopsi. Dugaannya meninggal karena dehidrasi, harus ada transparan untuk kasus ini," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Load More