SuaraSurakarta.id - Masjid Laweyan merupakan salah satu masjid kuno di Kota Solo. Bahkan bisa dikatakan sebagai masjid tertua yang ada di kota bengawan.
Masjid Laweyan ini dibangun pada masa Kerajaan Pajang sekitar abad ke-16 sekitar tahun 1546 ini. Masjid yang berada di Jalan Iris Nomor 1 RT 04 RW 04 Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan Solo dikenal juga Masjid Ki Ageng Henis.
Karena masjid ini didirikan oleh Ki Ageng Henis yang merupakan trah dari Raja Kerajaan Majapahit terakhir, Brawijaya V. Dulu Ki Ageng Henis bukan pemeluk Islam, tapi karena berhubungan baik dengan Sunan Kalijaga, kemudian memeluk agama Islam.
Ki Ageng Henis merupakan seorang patih di Kerajaan Pajang. Saat itu dipimpin oleh Joko Tingkir yang gelarnya Sultan Hadi wijaya.
"Masjid ini dibangun abad ke-16 sekitar tahun 1546 pada masa Kerajaan Pajang. Ini masjid tertua di Kota Solo," ujar Takmir Masjid Laweyan Solo, Rofiq, Minggu (25/4/2021).
Masjid Laweyan ini, awalan merupakan tempat peribadatan umat Hindu-Buddha yang dikelola Ki Beluk. Ki Ageng Beluk adalah seorang lurah di daerah sini yang beragama Hindu.
Dulu daerah sini penduduknya beragama Hindu. Pada waktu itu Ki Ageng Henis diutus oleh Raden Patah untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di daerah sini.
Saat berdakwah, Ki Ageng Henis melakukan pendekatan kepada Ki Ageng Beluk yang akhirnya masuk agama Islam. Setelah masuk agama Islam, Ki Ageng Beluk mewakafkan tempat peribadatan ini untuk menjadi mushola.
Saat Ki Ageng Henis meninggal dimakamkan di sekitar masjid dan sering dikunjungi warga.
Baca Juga: Terbukti Langgar Prokes, Pemkot Solo Layangkan Tiga SP Restoran dan Hotel
"Menurut cerita memang dulu ini tempat peribadatan umat Hindu. Jadi jauh sebelum Ki Ageng Henis datang atau agama Islam ada sudah ada pemukiman penduduk dan tempat peribadatan," terang dia.
Meski digunakan sebagai masjid, bentuk bangunan tidak diubah. Pada masa Paku Buwono X, bangunan lalu direnovasi total menjadi bentuk yang sekarang ini.
Diresmikan sebagai masjid itu pada masa Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono (PB) X yang berbarengan dengan Masjid Agung Surakarta.
Untuk bangunan bangunan masjid asli, ada bagian serambi dan bagian utama untuk shalat. Cagak atau tiang masjid juga masih asli dan ada 12 tiang, kalau atap pada zaman PB X.
Soko atau tiang kayu bangunan masjid merupakan tiang bekas dari Keraton Kartasura yang hancur akibat peristiwa geger pecinan. Karena hancur kemudian PV II memindahkan kekuasaannya ke Desa Sala dan menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.
"Soko yang dibawa kemudian dipakai untuk membangun Masjid Agung. Pada masa PB X Masjid Agung juga direnovasi," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Miris! Kondisi Bangsal Pradonggo Keraton Kasunanan Surakarta sudah Disanggah Puluhan Bambu
-
Gaya PB XIV Hangabehi di Acara 40 Hari Wafatnya PB XIII Jadi Sorotan, Serba Hitam
-
PB XIV Hangabehi Hadiri Acara 40 Hari Meninggalnya PB XIII, Ini Alasan LDA Gelar Acara Siang Hari
-
6 Mesin Cuci LG Terbaik di Promo 12.12 2025
-
5 Fakta Dibalik Latihan Tari Bedhaya Ketawang di Keraton Surakarta Saat Masa Berkabung