- Dugaan kekerasan seksual melibatkan mahasiswa UNS Solo terungkap melalui kronologi di Instagram @kentingansantuy.
- Aksi terjadi saat bermain game Truth or Dare, di mana korban dipaksa melakukan tindakan tidak senonoh.
- Kasus ini telah dilaporkan ke Satgas PPKS UNS pada 1 Desember dan kini sedang dalam proses pemeriksaan.
SuaraSurakarta.id - Dugaan kasus kekerasan seksual yang melibatkan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo viral di media sosial (medsos).
Tindakan dugaan kekerasan seksual tersebut dilakukan dengan modus bermain game.
Dalam akun instagram @kentingansantuy dibagikan kronologi dugaan kasus kekerasan seksual antar mahasiswa tersebut.
Kronologi cerita diawali dari korban yang berada di kos temannya untuk mengerjakan tugas bersama dua orang lainnya.
Baca Juga:Wali Kota Solo Setuju Soal Wacana 6 Hari Sekolah, Asal Roadmap Pendidikan Harus Jelas
Namun, karena teman korban enggan diajak mengerjakan di luar, yang bersangkutan bersama temannya tetap mengerjakan tugas di kos.
"Pada malam hari yang sama, anak-anak dari acara voli teknik kimia yang baru selesai bertanding malam itu datang ke kos tersebut yang merupakan tempat yang sama. Dimana korban dan teman- temannya sedang kumpul," tulis di akun Instagram @kentingansantuy tersebut.
Karena sudah terlalu lama dan merasa tidak nyaman mengerjakan skripsi. Mereka memutuskan untuk bermain game, permainan tersebut dilakukan dalam kondisi sadar.
"Dikarenakan sudah terlalu ramai dan sudah tidak nyaman untuk mengerjakan skripsi. Mereka memutuskan bermain game agar suasana tidak terlalu membosankan. Hal ini juga dilakukan tanpa alkohol maupun obat2-an terlarang. Game yang dipilih adalah Truth or Dare (ToD), sebuah permainan biasa. Namun tanpa alasan yang jelas, dan tanpa diketahui korban sebelumnya, arah permainan ToD malah berubah menjadi "dare" yang bernuansa seksual dan mesum," katanya.
Korban sudah menolak berkali-kali untuk bermain game tersebut. Tapi para pelaku tetap memaksa dan dibuat kalah terus.
Baca Juga:Takhta Terbelah Dua, Duit Rakyat Tertahan: Nasib Hibah Rp200 Juta Keraton Solo di Ujung Tanduk
"Karena game undercover ini dimainkan secara tim, korban yg merupakan perempuan sendiri diantara para pelaku, sering dijatuhkan dan dibuat selalu kalah. Setiap kali kalah, "dare" yang diberikan selalu semakin tidak pantas dan semakin mengarah ke pelecehan. Sampai akhirnya korban dipaksa untuk membuka baju oleh para pelaku yang secara sadar tanpa pengaruh alkohol maupun obat2 terlarang," ujar dia.
"Tangan dan kaki korban dipegang erat, mulut korban ditutup, dan mereka memaksa korban mengikuti "dare" tersebut sambil terus berusaha membuka. Yang lebih menyakitkan, mereka bahkan melontarkan beberapa kata verbal yang menyinggung dengan dalih "bercanda" dan "sportivitas" permainan untuk mengikuti hukuman. Dengan seluruh tenaga yang dipunyai, korban berusaha melawan dengan teriak meskipun mulutnya di tutup, dengan berusaha menjambak, menggigit, mencakar, dan berontak untuk melepaskan diri dari para pelaku"
Dalam slide selanjutnya berisi permohonan maaf mahasiswa yang melakukan dugaan pelecehan seksual tersebut.
Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UNS, Ismi Dwi Astuti mengatakan kalau kasus tersebut sudah dilaporkan ke satgas sejak Senin, (1/12/2025) kemarin.
"Kasusnya sudah dilaporkan ke Satgas 1 Desember. Saat ini sedang dalam proses pemeriksaan," terangnya.
Ismi menjelaskan satgastelah meminta keterangan dari pelapor, terduga korban, saksi hingga terlapor.