7 Fakta Sengketa Dana Hibah yang Mengguncang Keraton Kasunanan Surakarta

Sengketa dana hibah di Keraton Surakarta memicu konflik perebutan takhta antara dua kubu raja, memperkeruh tradisi dan legitimasi kepemimpinan.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 26 November 2025 | 07:34 WIB
7 Fakta Sengketa Dana Hibah yang Mengguncang Keraton Kasunanan Surakarta
Kronologi Panas Perebutan Takhta Keraton Solo 2025 (instagram)
Baca 10 detik
  • Sengketa dana hibah Keraton Surakarta berpusat pada akuntabilitas pencairan, tidak boleh langsung diterima oleh Pakubuwono XIII.
  • Konflik perebutan takhta melibatkan klaim Paku Buwono XIV oleh dua pihak, memperumit pengelolaan dana hibah keraton.
  • Pengelolaan dana hibah kini berperan sebagai alat politik penting yang menentukan legitimasi kepemimpinan di masa depan keraton.

5. Dua Raja, Dua Legitimasi, Dua Dana

Di tengah sengketa takhta, dua sosok Paku Buwono XIV muncul dengan dua legitimasi yang berbeda. Pakubuwono XIV Hangabehi memilih jalan kaki menuju keraton sebagai simbol penerus yang sah, sedangkan Pakubuwono XIV Burboyo tiba dengan mobil.

Perbedaan cara ini memperkuat perpecahan di dalam keraton. Masing-masing pihak mengklaim memiliki legitimasi yang sah, namun dana hibah menjadi alat untuk legitimasi politik mereka.

6. Kekuatan Dana Hibah sebagai Senjata Politik

Baca Juga:Putri Tertua PB XIII Tegaskan Bebadan Baru Tetap Tunduk Atas Dawuh PB XIV, Ini Tugas dan Fungsinya

Dana hibah kini menjadi senjata politik dalam pertarungan untuk mempertahankan kekuasaan di keraton.

Pihak yang mendukung Paku Buwono XIV Purboyo melakukan rombak besar-besaran terhadap struktur keraton, menyatakan bahwa keraton harus bergerak maju dengan kepemimpinan baru yang tidak terikat pada drama lama.

Keputusan politik ini diambil untuk menegaskan bahwa keraton Surakarta akan terus berjalan ke depan, tanpa ada ruang untuk mereka yang terjebak dalam pertikaian masa lalu. 

7. Dampak Pengelolaan Dana terhadap Masa Depan Keraton

Sengketa dana hibah ini memiliki dampak besar terhadap masa depan keraton. Dana hibah yang semula dimaksudkan untuk kesejahteraan keraton kini telah menjadi topik perdebatan politik yang memperburuk situasi.

Baca Juga:Era Baru Keraton Solo: PB XIV Purboyo Reshuffle Kabinet, Siapa Saja Tokoh Pentingnya?

Pengelolaan yang tidak transparan bisa merusak kredibilitas keraton dan memengaruhi pengakuan dari pihak luar. Dalam hal ini, pengelolaan dana menjadi simbol kepemimpinan yang sah dan legitimasi raja yang berkuasa. 

Sengketa dana hibah di Keraton Surakarta adalah contoh nyata bagaimana politik, budaya, dan tradisi berinteraksi dan mempengaruhi masa depan institusi yang sangat dihormati ini.

Dalam perdebatan antara dua raja yang sah, siapa yang akan muncul sebagai pemimpin yang diakui oleh rakyat dan tradisi masih menjadi tanya besar. Yang pasti, dana hibah kini menjadi salah satu alat utama dalam permainan kekuasaan yang akan menentukan arah masa depan keraton Surakarta.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak