- Program itu memperkuat ketahanan gizi nasional sekaligus menekan angka stunting dan gizi buruk di kalangan anak-anak Indonesia.
- Keberhasilan program akan bergantung pada integritas kebijakan, kesinambungan anggaran, serta kolaborasi yang kuat di tingkat pusat dan daerah.
- Keberlanjutan program MBG melalui sinergi lintas sektor antara pemerintah, organisasi kepemudaan, akademisi, dan tenaga kesehatan.
SuaraSurakarta.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto dinilai merupakan langkah besar pemerintah.
Hal itu ditegaskan Ketua Bidang Kesehatan DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dr. Fahrurrozy Basalamah.
Dia menilai, program itu memperkuat ketahanan gizi nasional sekaligus menekan angka stunting dan gizi buruk di kalangan anak-anak Indonesia.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, itu menegaskan bahwa MBG tidak hanya sebatas program intervensi gizi, melainkan gerakan strategis untuk membangun kesadaran hidup sehat di kalangan generasi muda.
Baca Juga:Update Kasus Keracunan MBG di Sragen, Pemprov Jateng Periksa Sampel Makanan
"Kami di KNPI melihat MBG bukan sekadar program intervensi gizi, tetapi momentum strategis untuk membangun budaya sehat dan produktif di kalangan generasi muda. MBG harus menjadi simbol keberpihakan negara pada masa depan anak bangsa," kata dia, Selasa (7/10/2025).
Dia memaparkan, jika digerakkan secara masif dan inklusif dengan melibatkan tenaga kesehatan muda, kader gizi, serta organisasi kepemudaan, maka MBG akan menjadi gerakan kolektif yang mampu menekan stunting dari akar masalahnya: ketidakseimbangan gizi, ketidaktahuan, dan ketidakadilan akses pangan.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya kualitas menu dan standar gizi seimbang dalam pelaksanaan MBG.
Menurutnya, program ini harus memastikan bahwa setiap sajian tidak hanya memenuhi kebutuhan kalori, tetapi juga memperhatikan kandungan gizi makro dan mikro yang seimbang serta berbasis pada kekayaan pangan lokal.
"Kualitas menu MBG sebaiknya tidak berhenti pada pemenuhan kalori semata, tetapi berorientasi pada gizi seimbang dan kearifan pangan lokal. Di berbagai daerah, termasuk di wilayah timur seperti Sulawesi Utara, kita memiliki sumber protein tinggi dari ikan laut, jagung, dan daun kelor yang kaya zat gizi mikro," paparnya.
Baca Juga:Ratusan Siswa dan Guru di Sragen Diduga Keracunan Usai Santap Menu Program MBG
"Penguatan program MBG harus mendorong diversifikasi pangan lokal agar anak-anak sekolah tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki keterikatan budaya terhadap sumber pangan daerahnya," jelasnya.
Selain dari aspek gizi, dr. Fahrurrozy juga menekankan pentingnya keberlanjutan program MBG melalui sinergi lintas sektor antara pemerintah, organisasi kepemudaan, akademisi, dan tenaga kesehatan.
Menurutnya, keberhasilan program akan bergantung pada integritas kebijakan, kesinambungan anggaran, serta kolaborasi yang kuat di tingkat pusat dan daerah.
"Keberlanjutan MBG akan bergantung pada keseriusan pemerintah menjaga tiga hal: integritas kebijakan, kesinambungan anggaran, dan kemitraan lintas sektor. Pemerintah perlu membuka ruang kolaborasi dengan organisasi kepemudaan, tenaga kesehatan, dan akademisi agar evaluasi gizi dilakukan secara berkala. KNPI siap menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat dalam mengawal kualitas serta keberlanjutan MBG. Karena bagi kami, gizi bukan sekadar urusan dapur, tapi urusan masa depan bangsa,” tegasnya.
Menurut dr. Fahrurrozy, MBG merupakan salah satu kebijakan publik yang paling berorientasi pada pembangunan manusia, karena menempatkan kesehatan dan gizi anak sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan Indonesia. Ia meyakini, jika dijalankan dengan baik, program ini akan menjadi warisan positif bagi generasi berikutnya.