- Gangguan Terhadap Ibadah
- Kurangnya Koordinasi dan Perhatian terhadap Lingkungan Sekitar
- Harapan Akan Solusi dan Penataan Ulang Jadwal atau Teknis Acara
SuaraSurakarta.id - Jamaah Gereja Santo Antonius Padua Purbayan Kota Solo mengeluhkan suara sound keras event yang ada di Balai Kota Solo.
Pasalnya suara tersebut menganggu prosesi ibadah yang ada di gereja mengingat lokasinya berada di sebelah balai kota.
Kelahan tersebut viral dan diunggah di media sosial (medsos) di akun tiktok @cyrilus sudaryanto. Akun tersebuy mengunggah suara menggelegar dari event di balai kota saat ibadah minggu sedang berjalan.
Dalam unggahannya tertulis 'misa di gereja selalu terganggu dengan musik menggelegar dari halaman balaikota solo'.
Baca Juga:Fakta Gereja Tertua di Solo: Dibangun 1832, GPIB Penabur Baru Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya 2024
Romo Gereja Antonius Purbayan, Teguh Santoso menyatakan kalau Gereja Antonius Purbayan ini memang bersebelahan dengan balai kota.
"Ini kalau diibaratkan hidup bertetangga, kalau tetangganya punya gawe maka sebagai tetangga itu kadang-kadang dapat repot nya demikian sebaliknya," terangnya saat ditemui, Rabu (27/8/2025).
Romo Teguh menjelaskan sebetulnya ini sudah lama berlangsung dan saling pengertian satu sama lain. Dulu wali kota sebelumnya sudah sering kali berkomunikasi dan berjalan dengan baik.
"Tapi dalam sekitar dua minggu terakhir ini memang peribadatan di gereja terganggu dengan aktivitas di balai kota. Bukan kami mengkritik mengenai upacaranya tapi 17 Agustus yang biasanya di Sriwedari tapi minggu lalu di sini, sehingga itu ada bloking jalan tidak boleh masuk dan itu merepotkan jemaat yang mau datang ke gereja," papar dia.
"Kemudian minggu lalu juga ada festival gamelan yang suaranya keras. Sehingga kemudian jemaat yang mengikuti ibadah merasa terganggu," sambungnya.
Baca Juga:Jejak Kolonial di Kota Solo: Mengungkap Sejarah Panjang GPIB Penabur
Menurutnya di Gereja Santo Antonius Purbayan itu ada misa tujuh kali. Itu karena umatnya beda-beda dan biasanya sesuai kebiasannya masing-masing.
"Ada sabtu sore pukul 16.30 WIB, yang petang pukul 18.00 WIB kemudian minggu pagi pukul 05.30 WIB, pukul 07.00, pukul 08.30 WIB. Minggu sore ada pukul 16.30 WIB dan pukul 18.00 WIB," papar dia.
"Kurang lebih jemaat yang datang itu sekitar 10 ribu untuk tujuh kali misa itu," lanjut dia.
Teguh mengakui memang di gereja itu ada soundnya tapi dipakai di dalam tidak pernah keluar. Nah, begitu di samping ada keramaian yang soundnya mengalahkan di sini kemudian umat yang membutuhkan keheningan itu terganggu.
"Kami sudah menyampaikan jadwal misa di sini ke wali kota. Bersyukur kalau bapak wali kota akan memperhatikannya," tandasnya.
Kontributor : Ari Welianto