Ia mengatakan saat ini tren industri musik kembali berubah.
"Saat ini band-band baru itu kembali melirik rilisan fisik seperti kaset pita dan vinyl. Bahkan jika dibandingkan harga rilisan fisik band luar negeri dan dalam negeri kini harganya lebih mahal band dalam negeri. Dengan tren ini para penikmat musik juga berubah, sudah banyak yang berminat mengoleksi rilisan fisik seperti ini," katanya.
Sementara melansir laman Pemkot Solo, sebelumnya Kota Solo juga meraih pencapaian luar biasa dengan masuk ke dalam jajaran 55 kota yang menjadi anggota baru dalam Jaringan Kota Kreatif Dunia versi UNESCO.
Pemkot berhasil masuk setelah dua kali percobaan sebelumnya yang tidak membuahkan hasil sejak tahun 2017.
Baca Juga:Satresnarkoba Polresta Solo Sikat Kurir Sabu di Mojosongo, Barang Bukti Siap Edar Disita
Keberhasilan Kota Solo dalam meraih status anggota baru dalam Jaringan Kota Kreatif Dunia menandai sebuah tonggak penting bagi pengembangan kreativitas dan seni budaya di wilayah ini.
![Pertunjukan wayang orang anak di Solo. [Pemkot Solo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/21/69515-wayang-orang.jpg)
Salah satu keunikan yang sangat menonjol dari Kota Solo adalah kerajinan tangan (crafts) dan seni rakyat (folk art) yang menjadi ciri khasnya.
Kota ini terkenal dengan berbagai pertunjukan seni, seperti Solo International Performing Arts [SIPA], yang telah meraih perhatian di tingkat internasional.
Seni pertunjukan tradisional, seperti wayang orang, menjadi daya tarik tersendiri bagi Kota Solo yang membedakannya dari kota-kota lainnya.
Keunikannya dalam kesenian tradisional ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat Kota Solo diterima sebagai bagian dari jaringan prestisius UNESCO.
Baca Juga:Dijamin Ngakak! Angkat Kehidupan Kota Solo, Film Komedi 'Cocote Tonggo' Akhirnya Tayang
Terpilihnya Kota Solo sebagai UNESCO Creative Cities Network kategori kerajinan dan kesenian rakyat sebenarnya cukup masuk akal.