5 Kuliner di Solo Hasil Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa

Sejak zaman kolonial, komunitas Tionghoa memberi pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Solo, terutama dalam kuliner.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 14 Januari 2025 | 13:35 WIB
5 Kuliner di Solo Hasil Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa
Ilustrasi Serabi Solo. (Twitter/@hermawan_devina)

SuaraSurakarta.id - Solo sebagai kota dengan sejarah panjang interaksi antara etnis Jawa dan Tionghoa, memiliki kuliner yang memadukan cita rasa kedua budaya tersebut.

Sejak zaman kolonial, komunitas Tionghoa memberi pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Solo, terutama dalam kuliner. 

Proses akulturasi ini menghasilkan hidangan-hidangan yang menggabungkan kekayaan rasa lokal dengan sentuhan khas Tionghoa, menciptakan kuliner yang tidak hanya lezat, tetapi juga menggambarkan harmoni dua budaya besar.

Berikut adalah lima kuliner khas Solo yang mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa:

Baca Juga:Sejarah Sate Kere: Lahir dari Keprihatinan yang Kini Mendunia

1. Kue Moho

Kue Moho adalah kue kukus berwarna merah yang memiliki tekstur lembut dan rasa manis. Kue ini sering disajikan saat perayaan Imlek dan menjadi simbol keberuntungan dan kemakmuran dalam tradisi Tionghoa.

Di Solo, Kue Moho menjadi salah satu sajian ikonik yang populer, terutama selama perayaan Tahun Baru Imlek.

2. Timlo

Timlo adalah sup berkuah bening yang berisi potongan daging ayam, sosis solo, dan telur. Hidangan ini merupakan adaptasi dari sup kimlo yang diperkenalkan oleh pedagang Tionghoa di Solo.

Baca Juga:Profil Kiky Saputri: Komedian Berbakat yang Kafe Barunya Didatangi Jokowi

Seiring waktu, penggunaan daging babi digantikan dengan ayam, menjadikannya lebih sesuai dengan selera lokal. Timlo menjadi salah satu kuliner khas Solo yang sangat digemari oleh masyarakat setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini