SuaraSurakarta.id - Sebanyak 1.300 peternak sapi perah di wilayah Boyolali dan Klaten terancam terdampak dengan rencana akan berhentinya pengoperasian UD Pramono.
Padahal dari hasil susu yang disetorkan ke UD Pramono untuk kehidupan sehari-haji. Mereka sudah menyetorkan susu ke UD Pramono sudah lama hingga puluhan tahu.
Seperti diketahui UD Pramono terancam berhenti berhenti karen rekening banknya diblokir oleh kantor pajak. Sehingga untuk beroperasi saat ini dengan cara menjual sejumlah sapi ternaknya
Ribuan peternak sapi perah pun terancam tidak bisa menyetorkan susu. Bahkan tidak mau menyetorkan ke pengepul susu lain.
Baca Juga:BPBD Boyolali Imbau Waspada Bencana Tanah Longsor Saat Musim Hujan
Salah satu peternak, Sukarni (57) mengaku sudah sekitar 20-an tahun menyetorkan susu ke UD Pramono hingga saat ini.
Sebelumnya menyetor susu ke KUD Musuk, karena harganya kurang masuk akhirnya pindah dan setor ke UD Pramono yang harganya standar.
"Kurang lebihnya sekitar 20 tahun, waktu anak saya kecil. Dulu setornya ke KUD Musuk tapi harganya tidak sesuai, lalu pindah ke Pak Pramono," ujarnya, Senin (18/11/2024).
Dengar kabar UD Pramono mau tutup, Sukani merasa resah dah khawatir tidak bisa menyetorkan susunya. Karena kehidupan sehari-hari itu termasuk menyekolahkan anaknya dari hasil ternak sapi ini.
"Dengar isu Pak Pram mau tutup, terus nanti gimana. Kan kehidupan sehari-hari saya itu dari sapu, buat anak sekolah juga," kata dia.
Baca Juga:Heboh Protes Puluhan Peternak dan Pengepul Susu di Boyolali: Dipakai Mandi hingga Dibagikan Gratis
"Mau tutup itu resah, karena setiap hari itu yang diandalkan dari sapi. Jadi berharap tidak tutup," lanjut Warga Kepalon, Kelurahan Karang Kendal, Kecamatan Tamansari, Boyolali ini.
Sukarni mengaku setor susu ke UD Pramono itu sangat beruntung sekali. Beliau (Pramono) itu pahlawan bagi peternak sapi perah di Boyolali dan sekitarnya.
"Pak Pram itu pahlawan bagi peternak. Misal, kita kekurangan modal itu dipinjemi sama Pak Pramono dan tidak ada bunganya sama sekali. Jadi pinjam Rp 5 juta, itu mengangsurnya 10 kali, itu Rp 500 ribu dipotong bayaran dari setor susu," paparnya.
Sukarni pun mengaku sering pinjam uang ke Pramono buat anak bayar semesteran selama kuliah. Sekarang anak-anaknya sudah lulus dan bekerja semua.
"Tiap tiga bulan sekali pasti ke sini buat pinjam uang sama Pak Pram dan tidak pakai agunan. Pokoknya datang ke sini langsung dikasih, untungnya itu," terang dia.
Dalam satu hari, lanjut dia, bisa menyetor sekitar 24-26 liter susu dari dua ekor sapi. Dulu bisa meres susu dari lima sapi, lalu yang lain dijual buat ibadah umrah.
"24 liter tiap hari setornya, satu minggu menerima uang sekitar Rp 1 juta lebih. Itu sudah dipotong buat makanan sapi, kadang hutang ubi atau yang lainnya," sambungnya.
Jadi selama 20 tahun dari peternak sapi ini mampu mengkuliahkan kedua anaknya. Bahkan untuk ibadah umrah pun pinjam dari Pramono.
"Iya betul kuliah anak dari hasil ternak. Saya umrah itu pinjam uang ke Pak Pram buat beli pedet (anak sapi) terus buat modal umrah," ungkap dia.
"Suami saya kan penjahit, itu hasilnya buat keperluan yang lain. Kalau saya buat anak sekolah," imbuhnya.
Berharap UD Pramono tetap beroperasi dan berdiri tegak tidak tumbang. "Tetap berjalan lancar biar petani bisa menyetorkan susunya. Kalau tutup susu mau disetorkan ke mana, karena setor ke luar itu harganya sangat rendah dan kualitas benar-benar terjaga," papar dia
Hal senaga juga disampaikan peternak lain, Marsono (62) yang mengaku jelas sangat disayangkan kalau UD Pramono sampai tutup. Beliau itu cukup bagus dan tidak mengabaikan peternak-peternak malah merangkul.
"Saya dengan mau tutup itu kaget, gara-gara rekeningnya diblokir. Pak Pram itu bagus, kalau peternak pinjam ke yang lain ada bunga tapa sama beliau tidak ada," imbuh warga Desa Kebongulo, Kecamatan Musuk ini.
"Itu jelas bikin resah 1.300 peternak sapi. Berharap jangan sampai tutup dan tetap beroperasi dan menampung susu-susu para peternak," tuturnya.
Marsono menambahkan tiap hari itu selalu setor susu 70 liter dari 7 ekor sapi. Jadi tiap haari bisa dapat selitar Rp 500 ribu lebih.
"Saya dari awal selalu setor ke Pak Pram. Tiap hari selalu setor sekitar 70 liter susu," pungkas dia.
Kontributor : Ari Welianto