Menurutnya Masjid Siti Aisyah ini dulu dibangun di daerah yang termasuk hitam. Dulu orang kalau malam hari lewat jalan depan masjid takut, karena gelap dan kemudian banyak 'kupu-kupu malam', sehingga terjadi peristiwa kriminal.
Kemudian bersama warga lain khususnya yang beragama Islam dikumpulkan untuk merangkul dan mengajak mereka.
"Dulu daerah ini termasuk daerah hitam. Lalu kami dikumpulkan dan membentuk wadah kegiatan kerohanian Islam, seperti pengajian, yasinan," ujarnya.
Kegiatan-kegiatan yang diadakan itu, lanjut dia, berhasil dan banyak yang tertarik. Adanya kegiatan itu lamban laun perkembangannya bagus, banyak yang datang.
Baca Juga:Kuasa Hukum Korban Duga 'Permainan' Hakim di Sidang Praperadilan Eks Manajer Persis Solo
"Saat bulan ramadan mengadakan salat tarawih di rumah saya karena masjidnya jauh. Setiap tahun diadakan dan jumlahnya semakin banyak akhirnya ada pengusaha Solo yang mengizinkan untuk salat tarawih dan kegiatan di pendopo rumahnya," papar dia.
Sugiman menambahkan ternyata tiap tahun itu perkembangannya bagus. Lalu ada rencana mau bangun mushola dengan membeli lahan yang tak jauh dari rumah pengusaha, tapi tidak dijual.
Kemudian ada tanah (sekarang jadi masjid) mau dijual lalu dibeli dan dibangun masjid dengan bentuk persegi. Jadi masjid ini ada wakaf dari seorang pengusaha Solo.
"Nama Masjid Siti Aisyah sendiri diambil dari nama ibu pewakaf," pungkasnya.
Kontributor : Ari Welianto
Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Kota Solo Kamis 14 Maret 2024, Lengkap Bacaan Niat Puasa Ramadan