Sosok Kiai Sala dan Sejarah Nama Kota Solo yang Sering Dilupakan

Asal-usul penyebutan kota Solo yang lebih dikenal dibandingkan dengan Surakarta itu tak lepas dari sosok Kiai Sala

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 22 November 2023 | 08:29 WIB
Sosok Kiai Sala dan Sejarah Nama Kota Solo yang Sering Dilupakan
Pasar Gede di Kota Surakarta [Antara]

SuaraSurakarta.id - Salah satu kota yang masih menjaga dan mewariskan kebudayaan Jawa yang adiluhung adalah Kota Solo. Uniknya, kota yang pernah dipimpin Presiden Joko Widodo ini memiliki sebutan tiga sekaligus, yakni Sala, Solo, dan Surakarta.

Namun, sebenarnya, ketiga nama tersebut memiliki cerita sejarah yang berbeda-beda pula. Asal-usul penyebutan kota Solo yang lebih dikenal dibandingkan dengan Surakarta itu tak lepas dari sosok Kiai Sala.

Perlu digaris bawahi bahwa Kiai Sala berbeda dengan Ki Gede Sala. Kerancuan tersebut pernah diluruskan oleh KGPH Puger, Putra Sunan Pakubuwono XII. Ia mempertegas bahwa Ki Gede Sala dan Kiai Sala bukan orang yang sama.

Menurut keterangannya, Kiai Sala adalah tokoh yang hidup di zaman Keraton Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir), sedangkan Ki Gede Sala adalah tokoh yang hidup pada masa Keraton Kartasura, tepatnya pada kepemimpinan Sunan Pakubuwono II.

Baca Juga:Kilas Balik Ternchem: Band Rock Pertama Indonesia Asal Solo yang Seangkatan The Beatles

Bersamaan dengan hal itu, terkuak bahwa tokoh yang dimakamkan di Pesarean, di pojok benteng keraton perkampungan Baluwarti, itu bukanlah Ki Gede Sala, melainkan Kiai Sala.

Ini Sosok Kiai Sala dan Asal-Usul Nama Sala

Makam Ki Gede Sala atau Ki Sala. [Dok Pemkot Surakarta]
Makam Ki Gede Sala atau Ki Sala. [Dok Pemkot Surakarta]

Menurut keterangan Gusti Puger, catatan mengenai Kiai Sala yang dimakamkan di Baluwarti itu masih diabadikan dalam catatan arsip Keraton Surakarta. Menurut riwayat tersebut dikatakan bahwa Kiai Sala dimakamkan di tempat yang saat ini berdiri bangunan sitinggil.

Namun, pada saat terjadi Geger Pacinan pada tahun 1741, Keraton Kartasura hancur. Sunan Pakubuwono II kemudian memutuskan adanya perpindahan keraton ke daerah timur Kartasura, yang kemudian diketahui bernama Desa Sala. Karena itulah, keraton Kartasura dipindahkan ke Surakarta.

Bersamaan dengan itu pula, jasad Kiai Sala juga dipindahkan. Jadi, makam yang sering dikunjungi para peziarah di Baluwerti itu adalah makam Kiai Sala.

Baca Juga:Bakal Pilih Cuti atau Mundur Selama Pilpres 2024, Gibran Buka Suara

Sebelumnya, terdapat tiga alternatif untuk pembangunan keraton baru, yakni daerah Kadipolo, Sonosewu, dan Desa Sala. Pada akhirnya, Desa Sala terpilih lantaran kondisi geografisnya yang strategis, terutama karena tidak jauh dari sungai Bengaran Sala. Pakubuwono II kemudian membeli tanah Desa Sala tersebut dari Ki Gede Sala.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak