SuaraSurakarta.id - Gapura Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berada di kawasan Jurug rusak ditabrak bus Batik Solo Trans (BST), Selasa (14/3/2023) sekitar pukul 05.30 WIB.
Kondisi sopir BST yang diduga kelelahan saat kecelakaan terjadi mengalami luka ringan dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Gapura tersebut merupakan bangunan cagar budaya yang dilindungi. Gapura itu dibangun pada pemerintah Raja Keraton Kasunanan Paku Buwono atau PB X yang memerintahkan tahun 1893 - 1939.
Pihak Keraton Kasunanan pun langsung bereaksi dengan menerjunkan perwakilan untuk melihat kondisi di lapangan.
Baca Juga:Revitalisasi Keraton Solo, Kawasan Gladak dan Alun-alun Jadi Prioritas Awal Pengerjaan
"Gapura Jurug ini merupakan bangunan cagar budaya peninggalan PB X," ujar Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KPH Dani Nur Adiningrat, Selasa (14/3/2023).
Dani menjelaskan gapura ini dibangun pada pemerintahan PB X. Gapura ini dibangun sebagai pintu masuk negara Surakarta.
Keberadaan gapura ini tidak hanya di kawasan Jurug saja tapi juga disejumlah kawasan, seperti Jongke, Kwarasan (Sukoharjo), Kandang Sapi, Mojo, serta Makamhaji.
"Dibangun dimasa PB X sekitar awal abad ke-20 atau 1900-an awal. Itu penanda masuk kota raja dari Nagari Surakarta. Ketika mau masuk Nagari Surakarta itu pasti ada gapura," katanya.
Menurutnya gapura ini bukan hanya sekedar gapura tapi memiliki filosofi yang mendalam. Gapura diambil dari kata 'ghafur' yang artinya ampunan Tuhan.
Jadi ketika mau memasuki kawasan ini yang mengingatkan orang untuk introspeksi diri.
"Dulu di sana ada pohon kolang kaling, jadi 'elingo sakmono, lalu mohon ampunan pada Tuhan," sambung dia.
Lanjut dia, jadi gapura itu dari kata 'ghafur', ini kenapa bentuknya padu rasa. Lalu berbentuk kuku tarung, karena manusia itu berdiri selalu bertarung hal yang baik dan buruk sebagai suatu bentuk keseimbangan.
Pada gapura tersebut juga terdapat motif ceplok, motif-motif tolak bala, serta motif-motif kesucian.
Di dalam gapura itu juga filosofi seperti lung membalik yang bermakna bahwa introspeksi diri. Lalu paling atas ada pucuk bunga, bahwa keharumannya di dalam itu berati introspeksi diri, mohon ampunan Tuhan itu adalah sebagai sebuah rahasia dari makhluk ciptaan Tuhan.
Dikatakannya dikabari gapura Jurug ditabrak BST, dari kerato langsung sigap meminta penunjuk arahan dari Sinuhun PB XIII dan langsung turun ke lokasi.
Ketika sampai lokasi langsung melakukan langkah-langkah preventif demi keamanan objek cagar budaya.
"Kita langsung ke lokasi dan melakukan langkah preventif. Kita juga menghubungi pihak-pihak terkait BPCB, TACB, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan Dinas Pekerjaan Umum untuk berkoordinasi," ungkap dia.
Dani mengatakan kerusakan karena ditabrak itu lumayan parah, itu yang rusak di sebelah selatan paling ujung roboh.
Untuk perbaikannya tidak bisa dilakukan seperti bangunan biasa, karena ini bangunan cagar budaya. Harus dengan standar penanganan objek cagar budaya sesuai yang diamanatkan undang-undang, peraturan menteri tentang bangunan cagar budaya.
"Harus ada kajian terlebih dahulu. Biar saat memperbaiki itu sesuai seperti sediakala, jadi dengan cara yang benar dan maksud yang benar. Untuk material-material kita amankan," tandas dia.
Kontributor : Ari Welianto