SuaraSurakarta.id - Pemanfaatan wahana nirawak sangat penting dalam upaya penanggulangan bencana, salah satunya untuk mendapatkan gambaran situasi secara cepat pada saat tanggap darurat.
Langkah ini mendapat dukungan BNPB melalui Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan dalam pelatihan penggunaan pesawat tanpa awak untuk petugas BPBD se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, BPBD Provinsi Aceh, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Kegiatan ini bertujuan sebagai upaya untuk memperoleh data kaji cepat yang pada praktiknya tidak hanya diperlukan tanggap darurat, tetapi juga pada fase prabencana, dan pada tahap pascabencana. Tentunya data berupa gambar atau visual diambil dengan menggunakan wahana nirawak atau drone.
Penggunaan pesawat udara tanpa awak ini sudah menjadi salah satu pilihan tepat untuk membantu dalam menganalisis dokumentasi berupa foto dan video di lapangan secara cepat dan efisien. Tentunya dengan informasi tambahan berupa titik koordinat lokasi kejadian menjadi salah satu data pendukung yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan pada saat terjadi bencana.
Baca Juga:Bisa Direkayasa Secara Keteknikan, BNPB Bongkar Penyebab Banjir di Garut
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bangka Belitung Mikron Antariksa menyampaikan dukungan dan apresiasi yang tinggi kepada seluruh BPBD provinsi dan kabupaten/kota yang telah hadir pada kegiatan pendampingan pengelolaan data dan sistem informasi menggunakan pesawat tanpa awak.
"Dengan terselenggaranya pelatihan ini, kami berterima kasih dan mendukung kegiatan ini. dampaknya sangat besar sekali bagaimana kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk memberikan informasi dengan cepat, tepat dan akurat, sekaligus selamat datang kepada rekan-rekan BPBD yang hadir dari luar Bangka Belitung, " ujar Antariksa.
"Besar harapan kami, dengan adanya kegiatan pendampingan pengelolaan data dan sistem informasi menggunakan pesawat nirawak ini dapat membawa sudut pandang baru bagi para peserta dalam memahami fenomena bencana yang terjadi di wilayah masing-masing," dia menambahkan.
Dalam hal penanganan bencana, waktu terbaik dalam melakukan penyelamatan terhadap korban bencana yaitu 3 x 24 jam, artinya diperlukan informasi dampak dan lokasi kerusakan secara aktual.
Pada kesempatan yang sama, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa kesigapan dan kecepatan BPBD setempat dalam mengoperasikan pesawat nirawak menjadi penting ketika informasi yang diperlukan mampu diakomodir dan tersaji dengan cepat. Salah satunya bisa mengetahui cakupan daerah terdampak serta mengetahui berapa estimasi populasi dilokasi terdampak.
Baca Juga:Hujan Intensitas Tinggi Landa Kabupaten Bogor, Akibatkan Longsor dan 3 Rumah Rusak
"Dengan pemanfaatan wahana nirawak ini, kita tidak hanya tahu cakupan daerah terdampak, tetapi kita juga tahu estimasi beberapa populasi di daerah terdampak," ujar Abdul Muhari.
Pengetahuan dan pemahaman aturan yang berlaku dalam menerbangkan wahana nirawak juga dibekali bagi para peserta.
Hal ini menjadi dasar sehingga pemanfaatan teknologi dalam kebencanaan menjadi optimal. Pemahaman aturan dalam menggunakan drone sangat penting karena berkaitan dengan keamanan publik. Dalam hal perizinan sebelumnya dapat berkoordinasi dengan institusi yang berwenang dan unit pelayanan navigasi penerbangan untuk mendapatkan batas terbang yang diperbolehkan.
Kegiatan ini dihadiri oleh Plt. Kepala Pusdatinkom BNPB Abdul Muhari, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bangka Belitung Mikron Antariksa, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangka M. Nursi, Head of ATM Operation Division Airnav Indonesia Moeji Soebagyo, GM AirNav Pangkalpinang Rudy Kusria, dan sebanyak 48 peserta dari seluruh BPBD Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditambah BPBD dari Aceh, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.
Sebagai informasi tambahan, kegiatan ini akan berlangsung selama 4 hari dari 26 - 29 Juli 2022 di Tanjung Pesona Beach Resort Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.
Adapun materi yang akan disampaikan pada kegiatan ini membahas tentang pengelolaan data dan informasi kebencanaan, praktek penggunaan dan perizinan pengoperasian wahana nirawak, pengolahan foto dan video hasil wahana nirawak, serta penyajian data informasi melalui infografis.