SuaraSurakarta.id - Ustaz Felix Siauw turut berkomentar terkait penutupan sejumlah gerai holywings di sejumlah daerah khusus DKI Jakarta.
Menurut ustaz Felix Siauw ia sepakat dengan penutupan holywings tersebut. Ia lebih memilih Pemprov DKI untuk menghentikan tempat penyebaran miras.
"Saya tidak sepakat kalau holywings ditutup. Karena masalahnya bukan itu," ucapnya dikutip dari akun TikTok @suryahussein.
"Yang harusnya ditutup itu yang lebih besar. Khamarnya dilarang. Kenapa mabok dibawah lima persen boleh, padahal harusnya yang ditutup peredaran mirasnya," ungkapnya.
Baca Juga:Ahli Hukum: Pimpinan Manajemen Holywings Juga Harus Jadi Tersangka
Ia pun mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk segera menghentikan tempat peredaran miras di wilayah ibu kota Indonesia.
"Saya mendukung pak Anies untuk segera menghentikan beredar miras," sambungnya.
Diakhir video, ustaz Felix Siauw menyarankan agar holywings lebih baik menjual minuman tradisional Indonesia.
"Saya juga dari tadi mikirin loh yang tiga ribu karyawan itu kan tersebar di 44 cabang. Seharusnya bisa jualan air, susu kedelai, bajigur yang bisa dapat untung juga," tandasnya.
Sontak saja unggahan ustaz Felix Siauw itu langsung dibanjiri komentar warganet. Tak sedikit dari mereka yang sependapat dengan pria mualaf tersebut.
"Ustadz Felix benar-benar cerdas, ideologis, visioner, dan berani vokal terhadap segala bentuk kemungkaran. Satir atau sarkasnya kocak tapi menghujam," kata akun @shgr**.
"Ustaz cerdas, selalu memberi solusi pada akar masalahnya, bukan solusi pragmatis yang tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah sampai tuntas," tutur akun @frim**.
"Aku lebih setuju kalo HW di Jakarta dirubah jadi restoran yang jualan makanan dan minum khas Betawi," beber akun @raden_mas**.
"Atau holywing jualan chicken wings aja. biar sesuai sama namanya. Jadi karyawannya tetep kerja disana dan yang pasti barokah always," sahut akun @asepthe**.
"Sepakat dengan pendapat ustaz Felix, usahanya lebih berkah, negerinya berkah," tandas akun @siraj**.
Lihat videonya bisa klik di SINI
Kontributor : Fitroh Nurikhsan