Sejarah Masjid Agung Jatisobo, Tertua di Sukoharjo yang Dibangun Masa PB IV untuk Penyebaran Agama Islam

Masjid Agung Jatisobo, Polokarto, Sukoharjo merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Kabupaten Sukoharjo

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 05 April 2022 | 15:50 WIB
Sejarah Masjid Agung Jatisobo, Tertua di Sukoharjo yang Dibangun Masa PB IV untuk Penyebaran Agama Islam
Masjid Agung Jatisobo Sukoharjo. (suara.com/ari welianto).

SuaraSurakarta.id - Masjid Agung Jatisobo, Polokarto, Sukoharjo merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Kabupaten Sukoharjo.

Keberadaan, Masjid Jatisobo juga menjadi saksi bisu masuknya dan perkembangan Islam di Wilayah Sukoharjo. 

Masjid Jatisobo ini dibangun pada masa Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono (PB) IV yang memerintah antara tahun 1788-1820. 

"Masjid Jatisobo ini termasuk masjid tertua di Kabupaten Sukoharjo," terang Pegiat Sejarah dan Budaya Solo, KRMT Nuky Mahendranata Nagoro, Selasa (5/4/2022).

Baca Juga:Driver Ojol Temui Ganjar Pranowo, Sebut Aplikator Buat Aturan Seenaknya: Kami Diperlakukan Super Eksploitatif

Diceritakan, jika Masjid Jatisobo dibangun pada masa pemerintahan Sinuhun PB IV. Pada waktu itu, PB IV memerintahkan ulama keraton Kyai Khotib Iman ke wilayah Jatisari.

Bersama pengikutnya, Kyai Khotib Iman untuk membuka lahan yang dijadikan sarana dakwah dan penyebaran agama Islam.

Seiring berkembangnya waktu, Kyai Khotib Iman lalu pindah ke Kayuapak dan kemudian pindah ke daerah yang sekarang disebut Jatisobo, Polokarto. 

"Jadi Kyai Khotib Iman diutus oleh PB IX untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam ke wilayah Jatisari," kata Sentono Dalem PB X ini.

Selama berdakwah dan menyebarkan agama Islam di wilayah Polokarto, Kyai Khotib Iman membangun tiga masjid, yakni di Desa Kayuapak, Jatisobo, dan Wonorejo.

Baca Juga:Merantau di Malaysia, Perempuan Asal Jawa Tengah Ini Sakit dan Diusir Pemilik Rumah karena Lama Tak Bayar Sewa

Ketiga masjid yang dibangun tersebut memiliki bentuk bangunan yang hampir mirip. Hanya saja ukurannya yang berbeda. 

Menurutnya, nama Jatisobo berasal dari cerita bahwa di daerah ini ada sebuah pohon jati besar. Konon karena saking besarnya itu bayangannya sampai ke Keraton Kasunanan Surakarta.

Waktu itu PB IV berminat minta pohon jati itu dan mengganti dengan pohon yang berasal dari Danalaya, Wonogiri. 

"Akhirnya kayu jati itu dipakai untuk bangun Masjid Jatisobo. Jatisobo itu berasal dari kata jati dan sebo (sowan)," ujarnya.

Pada Masjid Jatisobo ini di bagian timur ada semacam perpustakaan kecil. Konon, dulu dipakai PB IV untuk belajar kitab-kitab dengan bimbingan Kyai Khotib Iman.

Masjid Agung Jatisobo juga terdapat makam, yang diyakini makam tersebut merupakan makam Kyai Khotib Iman.

Pada kusen pintu masjid terdapat tulisan angka 1837 dan 1325 H. Masa itu merupakan pemerintahan PB VII di Keraton Kasunanan. Kono, ceritanya Sinuhun PB IX sering melakukan salat jumat dan memberikan khutbah," jelas dia.

Sementara itu, ketua Takmir Masjid Jatisobo Adi Sarmoko mengatakan jika perbaikan dan penambahan terus dilakukan di sejumlah bangunan masjid.

Bahkan ada sedikit perubahan, khususnya di utara dan selatan tambahan. Sedangkan di dalam masih utuh. 

"Dibangunan luar ditinggikan 30 cm,  tembok dan tiang kayu diganti cor," ucapnya.

Dibangun juga menara untuk tempat pengeras suara atau toa pada 2017 lalu.

"Dulu di sini ada jam matahari di lokasi menara sekarang. Di depan masjid ada menara lampu 4 meter, lalu dibongkar, waktu saya kecil masih melihat," tandas dia.

Kontributor : Ari Welianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak