SuaraSurakarta.id - Pemerintah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1443 H/2022 jatuh pada hari Minggu (3/4/2022).
Namun sebelum itu, umat muslim lebih dulu menjalankan ibadah salat tarawih mulai malam nanti.
Salat tarawih merupakan salah satu amalan ibadah yang hanya ada pada bulan Ramadhan saja.
Biasanya, pelaksanaan shalat tarawih dilaksanakan secara berjamaah di masjid ataupun mushola. Namun demikian, shalat tarawih juga bisa dilaksanakan sendiri di rumah masing-masing.
Baca Juga:Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Tarawih Pertama
Berbicara tentang masjid, ada deretan masjid bersejarah yang tersebar di penjuru Kota Solo dengan segala cerita dan sejarahnya.
Berikut ini masjid bersejarah di Kota Solo yang bisa Anda datangi untuk melaksanakan salat tarawih.
1. Masjid Al Wustho Mangkunegaran
Masjid ini dibangun oleh Mangkunegara V yakni sekitaran tahun 1878 masehi, terletak juga berada di samping atau barat Pura Mangkunegaran Solo.
Pembangunan Masjid Al-Wustho diprakarsai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara-I (1725-1795) di Praja Mangkunagaran sebagai masjid kerajaan untuk Pura Mangkunagaran.
Baca Juga:Bacaan Bilal Tarawih Bukan Hanya Tanda Sholat, Begini Manfaat dan Cara Jamaah Menjawabnya
Lalu nama Wustho diberi di tahun 1949 oleh Kepala Takmir Pura Mangkunegaran Raden Tumenggung K.H. Imam Rosidi.
2. Masjid Agung Surakarta
Masjid bersejarah paling akhir yaitu masjid punya Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu Masjid Agung Solo.
Berada di muka Pasar Klewer Surakarta masjid yang mempunyai style arsitektur unik ini dibuat oleh Sunan Pakubuwono IIItahun 1763 dan usai di tahun 1768.
Karena masjid ini punya Keraton Kasunanan Surakarta, karena itu semua karyawan masjid dipilih jadi abdi dalam kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.
3. Masjid Sholihin
Berada di Jl. Gajahmada No.97, Punggawan, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa tengah, Masjid Sholihin dibuat di tahun 1954.
Masjid yang dibuat dan disahkan oleh R.NgtT. Prawirodirdjo ini didalamnya ada sebuah prasasti dalam aksara Hanacaraka dan bahasa Jawa dan prasasti terjemahan dengan bahasa Indonesia, berkaitan pewakafan masjid itu.
Antiknya, masjid kuno ini mempunyai arsitektur atap bangunan mode tajug tumpang tiga, tentu saja dengan seluruh filosofinya.
4. Masjid Darussalam Jayengan
Masjid yang teratur jadi lokasi pembagian bubur Samin ciri khas Banjar ini sudah berdiri semenjak tahun 1960-an.
Namanya Masjid Darussalam yang berada di Daerah Jayengan Kidul Kecamatan Serengan, Solo, Jawa tengah, berdiri bersamaan dengan hadirnya beberapa perantau dari Banjar, Kalimantan Selatan ke Solo.
Berdirinya Masjid Darussalam ini tidak terlepas dari peranan beberapa perantau asal Banjar.
Bahkan juga budaya Banjar yang rekat, mengakar dari dahulu masih berasa di masjid itu, satu salah satunya pembagian bubur samin itu.
5. Masjid Laweyan
Dibangun tahun 1546 di periode Kerajaan Papang jauh saat sebelum berdirinya Surakarta (1745M), Masjid Laweyan Solo didaulat sebagai masjid paling tua.
Kerajaan itu sebagai cikal akan kesultanan Mataram yang selanjutnya pecah jadi Kasunanan Surakarta dan Ngayogyakarta.
Masjid Laweyan sebagai bukti riil penyebaran Islam, sampai tanah Jawa.
Berkaitan keadaan bangunan, masjid yang berada di Jl Liris No 1 Papang Laweyan, Daerah Batik Laweyan, Desa Belukan RT 4, RW 4, Kelurahan Papang, Kecamatan Laweyan, Surakarta ini tetap berdiri kuat.