Pemkot Solo Akui Kematian Akibat COVID-19 Masih Tinggi

Pemerintah Kota Solo mengakui angka kematian akibat COVID-19 masih tinggi menyusul penambahan kasus yang terus terjadi hingga saat ini

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 10 Maret 2022 | 06:00 WIB
Pemkot Solo Akui Kematian Akibat COVID-19 Masih Tinggi
Ilustrasi Petugas memakamkan jenazah Covid-19. Pemerintah Kota Solo mengakui angka kematian akibat COVID-19 masih tinggi menyusul penambahan kasus yang terus terjadi hingga saat ini. [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

SuaraSurakarta.id - Kota Solo masih menerapkan Pemberkakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Hal itu pun karena dipicu dengan melonjaknya kasus COVID-19

Selain itu, Pemerintah Kota Solo mengakui angka kematian akibat COVID-19 masih tinggi menyusul penambahan kasus yang terus terjadi hingga saat ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan, dari awal tahun hingga Selasa (8/3) jumlah kematian akibat COVID-19 di Kota Solo sebanyak 65 kasus.

"Ini termasuk tinggi, ada yang sudah vaksin dua kali," kata Siti dikutip dari ANTARA di Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/3/2022).

Baca Juga:Update COVID-19 Jakarta 9 Maret: Positif 3.872, Sembuh 3.713, Meninggal 11

Pihaknya mencatat dari total kasus kematian yang terjadi, 27,54 persen di antaranya sudah menerima suntikan vaksin sebanyak dua kali, 27,26 persen menerima suntikan vaksin satu kali, dan sisanya belum pernah menerima vaksinasi sama sekali.

Mengenai kasus kematian harian, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta mencatat untuk angka kematian tertinggi terjadi pada Selasa (8/3), dengan angka kematian yang terjadi hari itu sebanyak 15 kasus.

Meski demikian, dikatakannya, tingginya jumlah kasus tersebut karena data yang masuk tertunda. Terkait hal itu, diakuinya, menjadi evaluasi yang harus dibenahi.

"Ini PR saya sebagai penanggung jawab kesehatan. Kalau rumah sakit tidak segera memasukkan data, maka akan terjadi delay. Kalau data delay ini, rumah sakit juga tidak bisa memasukkan data kematian," katanya.

Terkait data tersebut, dikatakannya, selama ini pemerintah sudah membuat sistem new all record (NAR). Meski demikian, NAR ini harus tetap diperbarui secara administrasi.

Baca Juga:Terpopuler Kesehatan: Penyebab Tidak Pernah Positif Covid-19, Obat Hipertensi Tidak Menyebabkan Penyakit Ginjal

"Kalau NAR tidak sesuai maka rumah sakit tidak bisa melakukan klaim untuk biaya perawatan pasien mengingat semua by system," katanya.

Sementara itu Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa mengakui adanya persoalan data delay ini.

"Kemarin saya sudah langsung kontak ke Bu Ning. Jadi 15 ini yang meninggal di hari kemarin hanya enam, sisanya memang karena data yang delay," katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini