SuaraSurakarta.id - Pemberian Vaksin Booster Covid-19 atau dosis ketiga disebut-sebut menjadi langkah yang ampuh menekan penyebaran varian baru. Namun, pemberian vaksin dosis pertama dan kedua belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.
Menanggapi hal itu, Pemerintah Indonesia mengatakan akan tetap memprioritaskan vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan kedua, meskipun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagian masyarakat mungkin sudah memerlukan dosis ketiga atau booster.
Menyadur dari BBC Indonesia, dosis booster rencananya baru akan diberikan awal tahun depan kepada lansia, yang merupakan kelompok rentan, kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
"Kita ketahui dari berbagai informasi, karena kerentanan atau bertambahnya usia, otomatis penuaan pada sistem kekebalan terjadi. Nah itulah mengapa perlu diberikan dosis tambahan kepada lansia," kata Nadia.
Baca Juga:Vaksin Booster Baru Ditentukan Awal 2022, Lansia jadi Prioritas
Sementara itu, pendapat para epidemiolog tentang urgensi vaksin booster masih terbelah.
Sebagian menganggap itu belum perlu karena cakupan vaksinasi dosis pertama dan kedua masih rendah. Lainnya mengatakan dosis ketiga diperlukan untuk melindungi mereka yang rentan dari varian-varian baru virus corona.
WHO rekomendasikan booster untuk penerima vaksin Sinovac
WHO telah merekomendasikan bahwa orang dengan gangguan kekebalan tubuh dan para penerima vaksin dari virus Covid-19 yang dimatikan (inactivated vaccine) untuk segera mendapat booster. Dua contoh inactivated vaccine adalah vaksin Sinovac dan Sinopharm, yang digunakan secara luas di Indonesia.
Rekomendasi WHO, yang muncul dari pertemuan Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) baru-baru ini, diberikan seiring varian Omicron terus meluas ke berbagai negara.
Baca Juga:Studi Ungkap Dua Vaksin Covid-19 yang Kurang Efektif Lawan Varian Omicron, Apa Saja?
Rekomendasi tersebut merupakan perubahan dari yang dianjurkan pada Agustus lalu ketika pemerintah Indonesia mewacanakan vaksin Covid dosis ketiga (booster) mulai tahun depan melalui opsi berbayar.
Dalam rekomendasi terbaru, Kepala SAGE Alejandro Cravioto berkata vaksin memberikan perlindungan kuat terhadap sakit parah selama setidaknya enam bulan, meskipun data menunjukkan perlindungan terhadap sakit parah berkurang pada lansia dan orang-orang dengan kondisi kesehatan bawaan.
"Sementara ini kami terus mendukung perlunya kesetaraan dalam distribusi (vaksin) dan penggunaan dosis ketiga hanya pada mereka dengan masalah kesehatan atau orang-orang yang telah menerima vaksin dari virus yang dimatikan," ujarnya seperti dikutip kantor berita Reuters.
Sebelumnya, PBB merekomendasikan agar penerima vaksin Sinovac dan Sinopharm berusia di atas 60 tahun segera mendapat booster.
Penasihat senior untuk Dirjen WHO, Diah Saminarsih, mengatakan rekomendasi dosis tambahan diberikan karena ada kemungkinan pengurangan efikasi vaksin yang sudah ada dalam melawan varian baru seperti Delta dan Omicron.
Penelitian awal terhadap kasus dengan dua varian tersebut di Inggris menunjukkan bahwa vaksin kurang efektif menghentikan penularan. Namun dosis ketiga vaksin dapat melindungi sekitar 75% orang dari mengalami gejala Covid.
Rekomendasi terbaru dari WHO secara spesifik menyebut inactivated vaccine karena vaksin dengan teknologi lain seperti Pfizer dan Moderna sudah lebih dulu mengumumkan booster, Diah menambahkan.