Kalah dari Gibran di Pilwakot, Ormas Tikus Pithi Tetap Eksis

Ormas Tikus Pithi tetap menunjukan kegiatan berpolitik, setelah sukses mengusung calon perseorangan di Pilwakot, ormas tersebut akan mulai bergerak di Pemilu 2024

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 20 Oktober 2021 | 16:13 WIB
Kalah dari Gibran di Pilwakot, Ormas Tikus Pithi Tetap Eksis
Peresmian kantor Sekretariat YSN bukti keseriusan Tikus Pithi menatap Pilkada Jateng 2023.(Suara.com/dokumentasi Tikus Pithi)

SuaraSurakarta.id - Usai kalah di Pemilihan Wali Kota Solo (Pilwakot) ormas Tikus Pithi Hanata Baris  terus eksis melakukan kegiatan. Mereka  pun tak segan juga untuk memberikan kritikan kepada pemerintah. Hal itu tentu saja menjadi perhatian publik. 

Diketahui, sosok Ketua Ormas Tikus Pithi Hanata Baris, Tuntas Subagyo, beberapa waktu terakhir ramai menjadi perbincangan publik di Soloraya dan negeri ini.

Menyadurd dari Solopos.com, kiprahnya bersama Tikus Pithi berhasil meramaikan Pilkada Solo 2020 dengan meloloskan anggotanya lewat jalur perseorangan, Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo), hingga mimpinya membuka jalur perseorangan untuk Pemilu Presiden 2024.

Belakangan laki-laki berusia 43 tahun itu membentuk partai politik (parpol) bernama Partai Kedaulatan Rakyat (PKR). Di luar itu, bapak dari tiga orang anak tersebut ternyata punya segudang karya yang patut diakui.

Baca Juga:Kalah Telak dari Gibran, Tikus Pithi Bidik Kursi Gubernur Jateng!

Seperti buku berjudul Pancasonag yang dibuatnya pada 2012 dan diperkenalkan oleh Ketua Tikus Pithi Hanata Baris itu kepada anggotanya pada 2014. Buku tersebut merupakan singkatan dari Pancasilais, Sosialis, Nasionalis, dan Agamis.

Sempat dituding beraliran sosialis lantaran ada unsur Sosialis di buku Pancasonag, Tuntas membantah hal itu. Menurutnya, tambahan kata “is” di belakang kata yang ada sekadar untuk menekankan kata itu.

“Di jilid keempat saya menonjolkan daulah ekonomi rakyat. Bagaimana ekonomi kerakyatan yang dirancang Soekarno, sampai era Jokowi, belum membuahkan hasil maksimal,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (19/10/2021).

Menurut Tuntas, ekonomi kerakyatan harus menitikberatkan kepada perputaran ekonomi mikro. Sedangkan pemerintah menjalankan fungsi sebagai jalur sutra yang menghubungkan agar ekonomi berjalan dengan baik.

“Ekonomi makro akan tertunjang secara sendirinya. Kalau ekonomi kerakyatan bisa dilakukan dengan benar dan baik saya yakin Indonesia mencapai level perekonomian yang luar biasa seperti era Majapahit,” urai Ketua Tikus Pithi Hanata Baris.

Baca Juga:Tantang Gibran, Tikus Pithi Buka Suara Disamakan dengan Sunda Empire

Pengelolaan Ekonomi Kerakyatan

Tuntas menilai era Majapahit berhasil mencapai masa keemasan karena keberhasilan dalam pengelolaan ekonomi kerakyatan. Tuntas juga menelurkan buku pemikiran untuk bangsa berjudul Indonesia Rumah Kaca.

Buku yang dibuat Tuntas pada masa pandemi Covid-19 itu tebalnya 400 halaman dan menceritakan tentang pemikirannya di bidang ekonomi. Ia berpendapat perekonomian nasional dalam bahaya di masa pandemi ini.

“Di sini saya menekankan ekonomi kreatif, ekonomi mandiri. Untuk mengatasi ekonomi Indonesia agar tak terlalu tergantung dengan luar negeri, Indonesia harus membentuk seperti rumah kaca, ekonomi mandiri,” katanya.

Tuntas mencontohkan apa yang dilakukan Nelson Mandela di Afrika dan Mahatma Gandhi di India. Mereka dinilai berhasil menerapkan perekonomian mandiri untuk bangsanya. Sedangkan Indonesia belum menjalankan itu.

Tuntas menilai perekonomian Indonesia masih sangat tergantung dengan luar negeri. Kondisi tersebut memberikan sejumlah kerugian bang bangsa ini. Seperti mereka tak mampu menjadi tuan di rumahnya sendiri.

“Bangsa Indonesia sendiri seperti menjadi buruh atau budak di negeri sendiri. Tak bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Berbeda kalau konsep Indonesia Rumah Kaca, Indonesia bisa menjadi negara yang benar mandiri,” urainya.

Merangsang Kreativitas Anak Bangsa

Ketua Tikus Pithi itu meyakini dengan segenap potensi yang ada, seperti sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya moral, Indonesia dapat mencapai level perekonomian yang tinggi dengan kemandiriannya.

“Ada ungkapan selama ini kita punya mindset mengikuti orang lain, lah bagaimana bila kita mengubah mindset agar orang lain mengikuti kita. Salah satu yang bisa dilakukan dengan menciptakan sesuatu yang besar,” terangnya.

Tuntas ingin dengan tulisannya di buku itu bisa merangsang kreativitas anak bangsa, mendorong terwujudnya kemandirian ekonomi. “Tidak tergantung dengan luar negeri, bangsa ini menjadi tuan di negeri sendiri,” katanya.

Saat ini menurut Tuntas buku Indonesia Rumah Kaca sedang dalam proses produksi untuk dipasarkan. Selain menunggu pencetakan buku, Tuntas membuat karya tulisan berjudul Goretan Tinta Tuntas Subagyo.

Pemimpin Tikus Pithi, Tuntas Subagyo dalam Kupas Tuntas Tikus Pithi, Sensasi dan Boneka Politik? di Studio Solopos Media Group, baru-baru ini.
Tulisan tersebut berisi berbagai ide dan pemikirannya untuk negeri. Tulisan itu dibuat seperti sebuah autobiografi. “Saya curahkan ide-ide mungkin nanti bisa bermanfaat dan mudah-mudahan membawa kebaikan,” sambungnya.

Selain karya berbentuk tulisan, Tuntas mengaku sudah menelurkan sejumlah lagu dengan berbagai genre, seperti regae, R and B, pop, dan campursari. Ada juga beberapa lagu dengan tema cinta kebangsaan dan Tanah Air.

Membuat Film

“Lagu berisi kritikan ada juga berjudul Negeri Entah Kenapa dan Negeri Temu Lawak. Lagu Negeri Temu Lawak karena banyak pejabat petinggi bangsa yang kadang seperti membuat panggung Srimulat,” terangnya.

Total sudah ada puluhan lagu yang Tuntas ciptakan. Pada 2021 Tuntas dan Tikus Pithi Hanata Baris juga membuat film berjudul Ken. Film kategori fiksi itu menceritakan tentang sebuah negeri yang sedang kondisi krisis.

Dikarenakan radiasi zat kimia, orang di negeri itu seperti kehilangan akal dan kekurangan pangan. Akhirnya mereka berbuat kejahatan. Penguasa benar-benar mencengkeram berbagai sektor kehidupan masyarakat.

“Akhirnya sosok Tunggul Agung bisa menemukan daerah yang bebas radiasi, kemudian diketahui orang banyak dan ramai-ramai orang ikut di pengungsian. Mereka membentuk negara baru di daerah tersebut,” katanya.

Namun dalam perjalanannya muncul berbagai konflik dan intrik berlatar belakang kekuasaan di negeri itu. Pemicunya ide untuk mewujudkan dinasti pemerintahan atau kekuasaan. Tokoh utama kisah itu yakni Ken.

REKOMENDASI

News

Terkini