SuaraSurakarta.id - Ketua organisasi masyarakat (ormas) Tikus Pithi Hanata Baris (TPHB), Tuntas Subagyo diketahui memasang baliho di sejumlah tempat.
Tak tanggung-tanggung, baliho bergambar sosok pria mengenakan baju serba hitam plus kacamata hitam itu ala Bung Karno tersebut dipasang di wilayah Jogja, Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), Papua, dan Papua Barat.
Tak pelak, keberadaan baliho itu seakan 'menyaingi' baliho bergambar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Puan Maharani nampaknya tak sendirian tersebar di berbagai wilayah.
Lalu, siapa sebenarnya sosok Tuntas Subagyo?
Baca Juga:Usai Baliho Kepak Sayap Kebhinnekaan, Kini Muncul Game Kepak Sayap Banteng
Diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, nama Tuntas Subagyo dan Tikus Pithi Hanoto Baris mencuat menjelang Pilkada Solo 2020 setelah mengajukan pasangan calon (paslon) independen (perseorangan).
Sebagai pengingat, ormas Tikus Pithi Hanata Baris sebelumnya mengusung Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo) dalam Pilkada Kota Solo 2020.
Namun, pasangan itu tumbang dari duet Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa yang akhirnya menjabat sebagai orang nomor satu dan dua di Kota Bengawan hingga saat ini.
Tuntas memaparkan, Tikus Pithi merupakan gerakan masyarakat menengah ke bawah yang menginginkan perubahan yang mempunyai misi bahwa calon independen bukanlah mission imposible. Penggalangan dukungan dengan penghimpunan KTP dilakukan sudah sejak sembilan bulan lalu.
Penggalangan dukungan dilakukan dari pintu ke pintu dengan mengusung prinsip sekasur, serumah dan sesumur. Sekasur artinya isteri atau suami, serumah artinya kakak, adik, ayah, ibu, paman, dan kerabat keluarga lainnya. Sedangkan sesumur artinya tetangga, maupun masyarakat sekitar.
Baca Juga:Ketua DPR: Jangan Pernah Bosan Bicara Kebhinekaan!
Selain Solo, Tikus Pithi juga membidik Pilkada Sragen dan Boyolali. Total ada tujuh Pilkada di Jateng yang disasar Tikus Pithi. Ketujuh daerah itu antara lain, Solo, Boyolali, Sragen, Demak, Blora, Kendal dan Rembang.
Tikus Pithi bagian dari Yayasan Surya Nuswantara, yayasan yang didirikan pada 2014 tersebut bergerak di bidang ekonomi, sosial, kemasyarakat. Yayasan ini mempunyai visi dan misi menghidupkan kejayaan Indonesia dengan mengusung budaya adiluhung yang dimiliki Indonesia.
Yayasan ini memiliki logo garuda emas dengan bintang sudut sembilan di bagian tengahnya dan tulisan Panji Panji Hitam dari Timur. Logo ini terpasang di seragam yang berwarna hitam dan bendera hitam mereka. Hitam dipilih mewakili kejujuran dan loyalitas.
Aktivitas gerakan ini di antaranya berupa kegiatan pemberdayaan ekonomi khususnya usaha kecil menengah (UKM), doa bersama lintas agama, peringatan ulang tahun setiap 212 yang bertepatan dengan ulang tahun Tuntas yakni 2 Desember.
Biaya kegiatan Surya Nuswatara, disebut Tuntas berasal dari iuran anggota yang mencapai 20.000 orang se-Soloraya.
“Jadi kalau kami bikin kegiatan ada iuran ada juga yang bawa beras, sayuran, dan lainnya. Kami benar-benar dekat dengan wong cilik. Tidak ada uang dari lembaga manapun, termasuk aliran dana dari parpol [partai politik],” tegasnya.
- 1
- 2